Fungsi Bahasa Kias Dalam Puisi
Untuk Menghasilkan Kesenangan Imajinasi,
Dengan membandingkan hal-hal yang memiliki sifat
atau gambaran yang indah, imajinasi dibawa ke hal-hal yang secara fisis maupun
maknawi memang betul-betul indah, sebagaimana sajak berikut ini.
Engkau adalah putri duyung
Tawananku
Putri duyung dengan
Suara merdu lembut
Bagai angin laut
Mendesahlah bagiku!
Angin mendesah
Selalu mendesah
Dengan ratapnya yang merdu
Engkau adalah putri duyung
Tergolek lemas
Mengejap-ngejapkan matanya yang indah
Dalam jariku
Wahai, putri duyung
Aku menjaringmu
Aku melamarmu.
Rendra telah menyamakan kekasihnya dengan putri duyung, putri cantik memiliki tubuh yang indah, tergolek
lemas, sambil mengejap-ngejapkan mata yang indah. Perbandingan di atas
menghasilkan imaji yang menyenangkan.
- Untuk Mengahsilkan Imaji Tambahan dalam Puisi,
Deskripsi
keindahan tentang sesuatu mungkin sudah memberikan imaji tersendiri,
tetapi penyair ingin memberikan gambaran agar terbentuk imaji tambahan,
sebagaimana sajak berikut.
La Ronde
Adakah yang lebih indah
Dari bibir padat merekah
Adakah yang lebih manis
Dari gelap di bayang alis
Di keningnya pelukis ragu
Mencium atau menyelimuti bahu
Tapi rambutnya menuntun tangang
Hingga pantatnya penuh saran
Gambaran yang dibangun oleh penyair
berdasarkan kondisi fisik seorang gadis, mulai dari bibir yang merekah,
kegelapan dibayangan alis, rambutnya menuntun tangan hingga pantatnya penuh
saran.
Bahasa
kiasan merupakan sarana dan
sekaligus cara menambah intesitas perasaan penyair untuk puisinya dan
menyampaikan sikapnya. Sebagai contoh diperhatikan
sajak berikut.
Afrika Selatan
…
Tatapi istriku terus berbiak
Seperti rumput di pekarangan mereka
Seperti lumut di tembok mereka
Seperti cendewan di roti mereka
Sebab bumi hitam milik kami
Tambang intan milik kami
Gunung natal milik kami.
.
Bahasa kiasan merupakan cara untuk mengonsentrasikan
makna yang hendak disampikan dan cara untuk menyampaikan sesuatu yang banyak
dan luas dengan bahasa yang singkat. Contoh
berikut.
Engkau
Engkau bagaikan kolam di tengah-tengah
belukar
biriak-riak tenang
membiarkan nyiur sepasang
bercerminkan diri ke dalam
airmu…
kupandang dari kiri
Terlihat sinar matahari
Di muka air berseri
Kupandang dari kanan
Hanyalah rumput panjang
Ah!
Berkeliling aku melangkah cepat
Hanya pohon, rumput, awan yang padat
Sinar gemerlap yang dapat kulihat
Tapi
Mengapa, mengapa dasarmu
Tak kunjung menampak.
Guna perbandingan seperti di
atas untuk memberi gambaran yang jelas dengan maksud memerdalam,
menandaskan dan mengonsentrasikan makna betapa sulitnya melihat kedalaman jiwa atau hati
seseorang yang disebut dengan engkau.
Citraan atau Gambaran Angan
Ketika kita membaca,
mendengarkan pembacaan puisi kita sering merasakan seolah-oleh hanyut dalam
suasana yang diciptakan oleh penyair dalam puisi yang dicipta.
Ketika penyair mengungkapkan
peristiwa menyedihkan kita juga ikut larut. Demikian pula apabila penyair
mengungkapkan perasaan dendam, marah, benci, cinta, kita juga larut dalam
suasana tersebut. Pendek kata apa yang dimiliki penyair juga menjadi milik pembaca.
Citraan merupakan salah satu
unsur puisi yang sangat penting kehadirannya dalam membangun keutuhan dan
kekuatan puisi.
Pengertian Ruang Lingkup dan Sumber
Citraan
Secara
umum dalam memelajari
sebuah puisi perlu diperhatikan yaitu makna pusi dan maksud penyairnya. Puisi
yang baik bukan sekedar dari susunan kata-kata yang baik dan indah yang tidak punya
arti atau makna, melainkan mesti punya tema yang ingin disampaikan oleh penyair
melalui cara dan alat tertentu. Keberhasilan penyair terletak dalam
kemampuannya membentuk keselarasan antara tema dan cara penyampaian.
Cara dan alat penyampai tema
biasa disebut style yang terdiri dari beberapa unsur yaitu pola bunyi
atau irama, rima, diksi, dan citraan. Di samping itu, penyair juga menggunakan
gambaran angan yang disebut citraan atau gambaran-gambaran dalam pikiran dan
bahasa yang menggambarkannya.
Altenbernd
(1970) menyampaikan, bahwa citraan adalah gambar-gambar dalam pikiran dan
bahasa yang menggambarkannya, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra
atau imaji. Gambaran pikiran ini adalah seuah efek dalam pikiran yang sangat
menyerupai atau gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah
objek yang dapat dilihat oleh mata, saraf penglihatan, dan daerah-daerah otak
yang bersangkutan.
Berkaitan
dengan citraan, kata harus diketahui dalam artian bahwa orang harus dapat
mengingat sebuah pengalaman inderaan atas objek-objek yang disebutkan. Karena,
tanpa hal itu maka kaburlah gambaran itu. Demikian pula pembuatan gambaran,
hendaknya jangan berada di luar pengalaman kita, misalnya, sebuah imaji: hitam seperi ronga serigala!. Orang yang
pernah mengalami berada di rongga atau di bagian dalam tenggerokan serigala.
Jadi perumpamaan tidak dapat menghidupkan gambaran (Coombes,1980). Demikian
pula imaji klise atau konvensional tidak dapat memberi efek puitis dan tidak
menghidupkan gambaran misalnya seputih
kertas, bahkan akan lebih efektif kalau dikatakan Ia sangat pucat.
Citraan
biasaya lebih mengingatkan kembali daripada membuat baru kesan pikiran,
sehingga pembaca terlibat dalam kreasi puitis (Altenbernd, 1980). Pembaca akan
lebih mudah memahami hal-hal yang dalam pengalamannya telah tersedia simpanan
imaji-imaji yang kaya.
Sajak Putih
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan
melati
Harum rambutmu mengalun bergelut
senda
Sepi menyanyi malam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dan hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari
luka
Antara kita mati datang tidak
membelah.
Tari warna pelangi/bertudung sutra senja/
di hitam matamu/kembang mawar dan melati, kita (pembaca) dibawa oleh penyair seolah-olah
berhadapan langsung benda-benda tersebut, angan kita dibawa untuk melihat apa
yang dikemukakan
Sepi menyanyi, meriak muka
air, memerdu lagu. Penyair
membawa angan kita untuk mendengarkan
nyanyia sepi (indra pendengar/gambaran angan disebut citra pendengaran
Dewa Telah Mati
Tak ada dewa di rawa-rawa ini
Hanya gagak yang mengakak malam
hari
Dan siang terbang mengintari bangkai
Pertapa yang terbunuh dekat kuil
Dewa telah mati
Hanya ular yang mendesir dekat
sumber
Lalu minum dari mulut
Pelacur yang tersenyum dengan
bayang sendiri
Bumi ini perempuan jalang
Yang menarik laki-laki jantan dan
pertapa
Ke rawa-rawa mesum ini
Dan membunuhnya pagi hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar