Mengupas Tuntas Citraan dalam Puisi
Jenis-jenis Citraan
- Citra Penglihatan
Citra penglihatan ialah citra yang ditimbulkan dengan
memanfaatkan pengalaman indra
penglihatan manusia terutama berkaitan dengan dimensi ruang (ukuran, kedalaman,
dan jarak), warna, dan kualitas cahaya atau sinar. Citra jenis ini yang paling
banyak dipergunakan oleh penyair dibandingkan dengan citraan yang lain. Perhatikan sajak berikut.
Monolith
Hebat
Tiang utuh
Menjulang di gigit langit
Suram
Sebuah bukit
Terbentuk dari satu batu
Oleh tangan beku
Sebuah
Monolith
Lingga
God!
Amir Hamzah
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Chairil Anwar
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan
melati
Harum rambutmu mengalun bergelut
senja
Penyair
yang banyak menggunakan citra penglihatan disebut penyair visual, misalnya
Rendra (Pradopo, 2005).
- Citra Pendengaran
Citra pendengaran ialah citraan yang ditimbulkan dengan
menggunakan pengalaman pada indra pendengaran (menangkap sesuatau dengan indra
pendengaran). Citraan ini dihasilkan
dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara (Altenbernd, 1980). Penyair
yang banyak menggunakan citra pndengar disebut penyair auditif, misalnya Toto
Sudarto Bachtiar. Diperhatikan berikut ini
mengapa jejak selau nyaring menjelang
sampai
daun-daun kering risik di
pohon ingin berdentuman
ke air selokan yang deras
langkahmu datang dan pergi antara
ketokan jam yang berat
sepi menyanyi malam dalam mendoa tiba
meriak muka air kolam jiwa
dan dalam dadaku memerdu lagu
menarik menari seluruh aku
Amir Hamzah
Sebab Dikau
Aku boneka engkau boneka
Penghibur dalang mengatur tembang
Di layar kembang bertukar pandang
Hanya selagu, sepanjang dendang
Karena Kasihmu
Sunyi sepi pitunang poyang
Tidak meretak dendang dambaku
Layang lagu tiada melangsing
Haram gemerincing genta rebana
Rendra
Ada Telegram Tiba Senja
Ada podang pulang ke sarang
Tembangnya panjang berulang-ulang
__ pulang ya pulang, hai
petualang
Toto S. Bachtiar
Kesan
Jenis suara peri mengiang
Hanya lagu orang-orang malang
Dalam pengembaraan di bawah
bintang
Mengalir dari tiap sempat celah
cendela
Wajah
kalau semua sudah jauh, sehabis memperdua
malam
sepi meraja di mana saja,
sayup-sayup hanya kudengar
hatiku berdetak kepadamu, menurun
denyut desah jam tua
sampai ke lapang dengan remuknya
sedan penghabisan
...
alangkah pilu siutan angin
menderai
mesti berjuang menghabiskan lagu
sedih
kalau aku terpekuk dalam
lengan-lenganmu
sebab keinginan saat ini mesti
tewas dekat usia
- Citra Gerak
Citra
gerak adalah citra yang dibangkitkan oleh pengalaman
akan pengamatan terhadap gerak. Citra gerak dibangkitkan oleh pengalaman
sensoris hasil tanggapan sejumlah alat indra, terutama oleh indra penglihatan
dan pendengaran terhadap gerak. Imaji ini menggambarkan sesuatu yang
sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak, ataupun
gambaran gerak pada umumnya. Diperhatikan berikut ini.
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu.
cahaya melompat
dalam laut salju
diseretnya langkah
malam itu
Serangan
Pohon-pohon
cemara di kaki gunung
pohon-pohon
cemara
menyerbu
kampung-kampung
bulan
di atasnya
menceburkan
dirinya ke dalam kolam
membasuh
luka-lukanya
dan
selusin dua sejoli
mengajaknya tidur
(Abdulhadi 1971:4)
Prelude
I
Di atas
laut. Bulan bergerak bergetar
Suhu
pun melompat
Di
bandar kecil itu. Aku pun dapat
menerka.
Seorang pelaut mengurusi jangkar
- Citra Perabaan
Citra perabaan adalah citra yang bercirikan adanya potensi
pembangkitan pengalaman sensoris indra peraba. Pengalaman indra peraba terutama
berkaitan dengan rasa bahan, yaitu ciri atau
kualitas permukaan sesuatu yang dapat diraba. Citraan ini biasa ditandai dengan kata-kata yang berkaitan dengan indra perabaan yang
antara lain adalah: basah ,debu, kering, halus, kasar, keras, lunak, lembut, dan sebagainya. Diperhatikan berikut ini.
New York mengangkang
keras dan angkuh
semen dan baja
dingin dan teguh
…….
Pegang pinggulku
Rasakan betapa lunak dan penuhnya
Namaku Betsy Ya Ya.
Salju
Kukumu tajam pacar
Tikamkan dalam-dalam ke kulitku
Biar titik darah
Dan sakit terasa
Akhirnya bukan tubuh atau nyawa
Melainkan kesadaran harus
dibebaskan dari binasa
Cubit! Biar sakit
Dan hidup menggelora
- Citra Penciuman
Citra
penciuman adalah citra
yang dapat ditimbulkan dengan menggunakan pengalaman indra penciuman yang
berkaitan dengan bau dengan berbagai jenis sumber bau dan kualitas bau, juga
merupakan penanda hadirnya citra penciuman. Diperhatikan berikut ini.
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu mengalum bergelut
senda
putri manis di daerah asing
udara berbau tembaga, dan di awan
putih
berkuasa ular naga
bermata bengis
- Citra Pencecapan
Citra pencecap adalah citra yang dapat dimunculkan dengan
menggunakan pengalaman indra pencecapan berkaitan dengan lidah, biasanya ditandai dengan kata-kata manis,
asin, masam, tawar, gurih, dan
sebagainya. Diperhatikan berikut ini.
Senandung itu berujung
Ia, siul itu meneur
Tapi ia terus saja,
sampai dingin bercampur
Pada kopi ketiga, sampai
senyum gugur dan topeng
Terbuka. Tak ada lagi
abang, hati saya
Tak ada laghi jiwa manis,
diri saya
...
Mereka berkuda sepanjang
malam,
Sepanjang pantai terguyur
garam
Si bapak memeluk dan di
anak dingin
Menembus kelam dan gempar
angin
g. Citra Suhu
Citra suhu adalah citra yang dibandingkan melalui
pengalaman sensoris yang berkaiatan dengan suhu, atau citra ini berkaitan
dengan pengalaman hasil tanggapan indra peraba atau kulit. Ditandai dengan kata-kata dingin, beku,
hangat, suam, panas. Sementara itu,
ditandai pula dengan diksi konkret seperi bara api, salju, dapat
pula menghasilkan efek suhu tertentu misalnya selimut, pendiangan. Diperhatikan
berikut ini.
Demikianlah, Pujangga dunia
Gelitikkan, musim, panasmu ke
usiaku
Bersama matari. Dari jauh
Bumi tertidur oleh nafasmu, dan
oleh daun
Yang amat rimbun dan amat teduh
Dan seperti mimpi
Laut kian perlahan
Kepada Pujangga Dunia
Seperti burung laut dengan
liurnya
Dibuatnya sarang permai
Di gua, di tubir pantai
Tempat diam terletak telurnya
Tempat pecah merekahnya, melahirkan isinya
Tempat anaknya menciap-cipa: berharap
Datang orang mengambil sarang
Untuk obat, khasiat mereka
Engkau dengan perkataanmu
Kau gubah ciptaan indah
Tempat tersemat perasaan hatimu
Membual, membersit, mekar kembang
Diterima orang, dirangkum,
dipegang
Untuk pedoman teladan mereka.
...
udara di luar sejuk
anginnya tambah santer
dan di hotel
menunggu ranjang yang dingin
Altenbernd
(1970) mengemukakan bahwa citraan adalah salah satu alat kepuitisan yang utama
untuk mencapai sifat-sifat konkret, khusus, mengharukan, dan menyaran. Untuk
memberi suasana khsus, kejelasan, dan memberi warna setempat yang kuat, penyair
memergunakan kesatuan citra-citra (gambaran-gambaran) selingkungan. Misalnya
Rendra menggunakan imaji-imaji pedesaan, alam, seperi pada puisi Ballada Orang-orang Tercinta. Dalam Blues
untuk Bonnie, ia memergunakan cita-cita kekotaan dan kehidupan modern.
Diperhatikan berikut ini.
Ballada Kasan dan Patima
Bila bulan limau retak
merataplah Patima perawan tua
Lari ke makam tanah mati
buyar rambutnya sulur rimba
di tangan bara dan kemenyan
....
Duh, bulan limau emas
desakan-desakan wajahmu ke dadaku
rindu
biar pupus dendam yang kukandung
panas bagai lahar, bagai ludah mentari
....
Bini kasan ludahnya air kelapa
....
Anaknya tiga putih-putih bagai
ubi yang subur
...
Dan kini ia lari bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa
(1957:7- 9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar