BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ajaran moral dalam karya
sastra seringkali tidak secara langsung disampaikan, tetapi melalui hal-hal
yang sifatnya amoral dulu. Hal ini sesuai apa yang dikenal dengan tahap
katarsis pada pembaca karya sastra. Meskipun sebelum mengalami katartis,
pembaca atau penonton dipersilahkan untuk menikmati dan menyaksikan
peristiwa-peristiwa yang sebetulnya tidak dibenarkan secara moral, yaitu adegan
semacam pembunuhan atau banjir darah yang menyebabkan penonton atau pembaca
senang tetapi juga muak. Jadi untuk menuju moral, seringkali penonton harus
melalui proses menyaksikan adegan yang tidak sejalan dengan kepentingan moral
(Azis, 2011: 143).
Seirama dengan uraian
tersebut, diketahui bahwa semakin banyak fenomena-fenomena yang terjadi
sekarang di tengah masyarakat yang terkadang tidak mengindahkan tentang
perilaku-perilaku menyimpang. Ambillah misalnya novel Napas Cinta Para Ahli
Doa karya Wahyu Sujani kisah di dalam novel ini merupakan potret hidup
manusia yang tak lepas dari berbagai godaan yang jika salah menenentukan sikap
akan membawa pada kesesatan.
Tokoh Fikri, yang selalu
berdoa kepada Allah swt., atas segala karunia yang diberikan berupa istri yang
cantik dan shalihah. Fikri bukan orang biasa lagi. Namanya telah melambung
sebagai seorang seniman. Fikri memiliki seorang istri yang bernama Shira. Di
balik cintanya pada Fikri, ternyata Shira menyimpan suatu rahasia. Namun ada
pihak ketiga mulai masuk ke dalam kehidupan rumah tangga mereka. Jo, atasan
Shira, menyebarkan isu bahwa dirinya punya affair dengan Shira. Belum
lagi Alzena, malaikat penolong bagi Shira, ternyata menyimpan misi tertentu di
balik semua sikapnya selama ini. Serta masih ada Diana, gadis yang pernah
ditolong Fikri, diam-diam menaruh hati terhadap seniman pasir yang sedang
mengadakan pameran di Pangadaran itu.
Kelebihan novel Napas
Cinta Para Ahli Doa adalah mengangkat hakikat hidup yang sebenarnya. Tokoh
Fikri mencerminkan seorang muslim yang sangat baik, sederhana dan bersahaja,
banyak nilai moral yang dapat diambil dari tokoh Fikri maupun berbagai
peristiwa dalam novel ini. Kasih sayang terhadap istrinya maupun
rekan-rekannya, ketekunan bekerja dan belajar, kejujuran, tanggung jawab yang
dimiliki, serta nilai-nilai kehidupan lainnya.
Novel Napas Cinta Para
Ahli Doa merupakan salah satu karya sastra yang dihasilkan oleh Wahyu Sujani,
akrab dipanggil Kang Waway, lahir di Bandung, 2 Januari 1982. Selama kuliah,
Wahyu Sujani aktif dalam suatu organisasi mahasiswa HMBSI (Himpunan Mahasiswa
Bahasa dan Sastra Indonesia) asuhan Dr. R. Panca Pertiwi Hidayati, M. Pd.,
dosen Sastra Indonesia-nya, juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa. Sering
menulis berbagai artikel, naskah drama, cerpen, atau puisi, tapi belum pernah
dipublikasikan.
Sehubungan dengan hal di
atas, penulis tertarik untuk mengkaji nilai moral dalam novel Napas Cinta
Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani.
B. Fokus
Berdasarkan latar belakang, fokus
dalam penelitian ini adalah nilai moral yang terdapat dalam novel Napas
Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani, yang terdiri atas moral baik dan
moral buruk. Moral baik yaitu: (1) kesabaran, (2) tawakkal, (3) taat beribadah,
(4) penolong, (5) rajin bekerja dan belajar, (6) mampu mengendalikan diri, dan
(7) penyesalan. Moral buruk yaitu: (1) intrik, (2) konflik, (3) dan bohong.
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan nilai moral yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli
Doa karya Wahyu Sujani, yang terdiri atas moral baik dan moral buruk. Moral
baik yaitu: (1) kesabaran, (2) tawakkal, (3) taat beribadah, (4) penolong, (5)
rajin bekerja dan belajar, (6) mampu mengendalikan diri, dan (6) penyesalan.
Moral buruk yaitu: (1) intrik, (2) konflik, dan (3) bohong.
D. Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan secara
optimal, menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat secara umum.
Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat
Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
terutama jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Di samping itu,
bermanfaat dalam upaya pengembangan mutu dan hasil pembelajaran.
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi pembaca
Penelitian novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya
Wahyu Sujani ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan perbandingan dengan
penelitian-penelitian lain yang telah ada sebelumnya dalam menganalisis nilai
moral.
b. Bagi mahasiswa jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan mahasiswa untuk
memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif di masa yang
akan datang, demi kemajuan diri dan mahasiswa.
c. Bagi peneliti
Diharapkan dapat memperoleh pengalaman lagsung dalam manganalisis
sebuah karya sastra dan memberi dorongan kepada peneliti lain untuk
melaksanakan penelitian sejenis.
E.
Definisi Istilah
Definisi istilah dimaksudkan untuk merumuskan, mengenal, dan
memahami suatu objek yang dapat dirumuskan lebih dari satu definisi istilah.
Hal tersebut perlu didefinisikan secara operasional agar tidak menimbulkan
penafsiran yang salah mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini,
maka penulis perlu mengemukakan definisi istilah tersebut.
1.
Kesabaran merupakan sebuah keutamaan yang menghiasi diri seorang mukmin, di
mana orang itu mampu mengatasi berbagai kesusahan dan tetap berada dalam
ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan cobaan itu begitu dahsyat.
2.
Tawakkal yaitu pasrah dengan sepenuh hati kepada Allah atas musibah yang telah
menimpah atau berserah diri kepada Allah swt.
3. Ibadah
merupakan perkara tauqifiyah yang tidak ada satu bentuk ibadah yang
disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah.
4.
Penolong merupakan seseorang yang rela untuk membantu meringankan beban atau
penderitaan orang yang kesusahan.
5. Rajin
bekerja dan belajar merupakan sikap atau perbuatan seseorang dalam melaksanakan
suatu pekerjaan untuk mencapai sebuah kesuksesan
6.
Pengendalian diri merupakan sikap dalam mengendalikan perasaan-perasaan atau
pikiran yang bersifat negatif.
7.
Penyesalan adalah suatu perasaan di mana seseorang merasa bersalah/melakukan
kesalahan akan sesuatu dan ingin kembali ke masa saat melakukan kesalahan
tersebut untuk memperbaikinya.
8. Intrik
merupakan penyebar kabar bohong yang sengaja dilakukan untuk menjatuhkan pihak
lawan.
9. Konflik
merupakan suatu pertentangan atau percekcokan akibat kurangnya kepercayaan
seseorang kepada orang lain.
10. Bohong
yaitu mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain, dan orang yang
tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu dikatakan orang yang
munafik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A.
Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Sebelumnya
a.
Analisis Moral dalam Penelitian Sebelumnya
Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya. Hal itu dapat dijadikan sebagai titik tolak
dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, tinjauan terhadap penelitian
terdahulu sangat penting untuk mengetahui relevansinya.
Penelitian Kamaruddin (2007) yang berjudul
Analisis Nilai Moral Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya
Muhidin M. Dahlan, yaitu menggambarkan tentang seorang muslimah yang sedang
frustasi akibat tidak tercapainya cita-cita yang diinginkan yakni menegakkan
syariat Islam di Indonesia, bahkan pelampiasan frustasinya itu ke hal-hal yang
sifatnya melanggar norma atau ajaran agama Islam.
8
|
Penelitian mengenai nilai moral juga
pernah dilakukan oleh (Nurhayati, 2011). Novel ini menggambarkan tentang
hakikat hidup yang sebenarnya. Tokoh Ben yang mencerminkan profil guru yang
hidup sederhana dan bersahaja. Banyak nilai moral yang dapat diambil dari tokoh
Ben maupun berbagai peristiwa dalam novel ini. Nurhayati mengungkapkan aspek
moral yang terdapat dalam novel Sang Guru antara lain: (1) kasih sayang
terhadap ibunya dan rekan-rekannya, (2) gaya hidupnya yang bersahaja, (3)
ketekunan kerja, (4) kejujuran, (5) tanggung jawab yang dimiliki, (6) serta
nilai kehidupan lainnya.
Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh (Linda Arik
Biyantari, 2011). Novel ini menggambarkan petualangan di rimba raya oleh
sekelompok pengumpul damar yang diburu oleh seekor harimau yang kelaparan.
Berhari-hari mereka mencoba menyelamatkan diri mereka. Dan seorang demi seorang
antara mereka jatuh jadi korban terkaman harimau. Di sisi lain juga terjadi
petualangan dalam diri masing-masing anggota kelompok pengumpul damar ini. Di
bawah tekanan ancaman harimau yang terus memburu mereka dalam diri masing-masing,
terjadi pula proses refleksi mengenai diri mereka yang mempertinggi kesadaran
mereka tentang kekuatan dan kelemahan anggota-anggota kelompok mereka yang
lain. Di antara mereka malahan sampai kesadaran bahwa sebelum membunuh
harimau-harimau yang memburu mereka, tak kalah pentingnya adalah untuk memburu
terlebih dahulu harimau-harimau yang berada dalam diri setiap anak manusia.
b. Novel
Karya Wahyu Sujani dalam Penelitian Sebelumnya
Penelitian terhadap novel karya
Wahyu Sujani belum ditemukan peneliti, terhadap peneliti-peneliti novel
sebelumnya. Oleh karena itu, penulis berinisiatif melakukan penelitian terhadap
kajian ini dengan judul Analisis Nilai Moral dalam Novel Napas Cinta Para
Ahli Doa karya Wahyu Sujani.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini tidak
mengembangkan penelitian sebelumnya. Namun, penelitian sebelumnya dengan
penelitian ini ada persamaan yaitu sama-sama mengkaji aspek moral, dan berbeda
berdasarkan fokus dan analisis.
2.
Pengertian Nilai Moral
Seperti diketahui kata moral berasal dari kata Latin “mos”
yang berarti kebiasaan, kata mos jika akan dijadikan kata keterangan
atau kata nama sifat lalu mendapat perubahan pada belakangnya, sehingga
kebiasaan jadi moris, dan moral adalah kata nama sifat dari kebiasaan
itu, yang semula berbunyi moralis.
Moral menurut Salam (2000: 12) adalah ilmu yang mencari
keselarasan perbuatan-perbuatan manusia (tindakan insani) dengan dasar-dasar
yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi manusia.
Adapun moral secara umum mengarah pada pengertian ajaran
tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi
pekerti, dan sebagainya. Remaja dikatakan bermoral jika mereka memiliki
kesadaran moral yaitu dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang
boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak
etis. Remaja yang bermoral dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian atau
penalaran moralnya serta pada perilakunya yang baik, benar, dan sesuai dengan
etika, Selly Tokan (dalam Asri Budiningsih, 1999: 5).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa moral merupakan
ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan mengenai akhlak, budi pekerti,
kewajiban, dan sebagainya (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 327).
Moral menurut Darajat (dalam Kamaruddin, 1985: 9) adalah
kelakuan yang sesuai ukuran (nilai-nilai) masyarakat yang timbul dari hati dan
bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas
kelakuan (tindakan) tersebut. Tindakan ini haruslah mendahulukan kepentingan
umum daripada kepentingan pribadi.
Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti
manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan,
dan kelakuan (akhlak). Demoralisasi berarti kerusakan moral. Moral juga dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Moral
murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu
pengejawantahan dari pancaran ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.
b. Moral
terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis,
agama, adat yang menguasai pemutaran manusia (Agus, 2011)
Kata moral selalu mengacu kepada baik buruk manusia. Sikap
moral disebut juga moralitas yaitu sikap hati seseorang yang terungkap dalam
tindakan lahiriah. Moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul
tanpa pamrih dan hanya moralitaslah yang dapat bernilai secara moral.
Nilai moral dapat diperoleh di dalam nilai moralitas.
Moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan dengan hukum atau norma
batiniah, yakni dipandang sebagai kewajiban.
Menurut Kohlberg (1977: 5) penalaran atau pemikiran moral
merupakan faktor penentu yang melahirkan perilaku moral. Oleh karena itu, untuk
menemukan perilaku moral yang sebenarnya dapat ditelusuri melalui penalarannya.
Artinya pengukuran moral yang benar tidak sekadar mengamati perilaku moral yang
tampak, tetapi harus melihat pada penalaran moral yang mendasari keputusan
perilaku tersebut.
Bila dikatakan bahwa karya sastra itu semata-mata tiruan
alam, maka dengan sendirinya sastra itu bisa dipandang sebagai sesuatu yang
tidak memperjuangkan kebenaran. Dalam kenyataan ukuran kebenaran merupakan
ukuran yang sering digunakan dalam menilai suatu karya sastra. Pembaca sering
mempertanyakan tentang sesuatu yang diungkapkan pengarang itu mempunyai
hubungan dengan kebenaran. Nilai-nilai moral atau lainnya dalam kehidupan
sehari-hari, sikap dan tingkah laku tokoh tersebut hanyalah model-model atau
sosok yang sengaja ditampilkan pengarang sebagai sikap dan tingkah laku yang
baik atau diikuti minimal dicenderungi oleh pembaca.
Dengan demikian aspek moral adalah segala aspek yang
menyangkut baik buruknya suatu perbuatan. Dalam hal ini mengenai sikap,
kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila.
Adapun bentuk-bentuk moral sebagai
berikut:
a. Sosial
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan
dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum, suka menolong, dan
sebagainya (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 498).
Manusia
dijadikan Allah swt., dalam bentuk yang tidak hidup sendirian, karena tidak
dapat mengusahakan sendiri seluruh keperluan hidupnya baik untuk memperoleh
makanan, memperoleh pakaian, dan semuanya. Dengan demikian manusia memerlukan
pergaulan dan saling membantu.
b. Akhlak
Secara
bahasa kata akhlak jamak dari khuluqin yang diartikan tabiat, kebiasaan, adab.
Sedangkan secara istilah adalah sifat yang mantap di dalam diri yang membuat
perbuatan, yang dilakukannya baik atau buruk, bagus atau jelek (Islamwiki,
2008).
Oleh
karenanya, apabila amal dan pikiran seseorang sholeh
(baik) maka sholeh pula diri dan akhlaknya, dan sebaliknya apabila
amal dan pikirannya rusak maka rusak pula dirinya dan akhlaknya.
Akhlak
dapat dirumuskan sebagai suatu sifat atau sikap kepribadian yang melahirkan
tingkah laku perbuatan manusia, dalam usaha membentuk kehidupan yang sempurna
berdasarkan kepada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Allah. Dengan kata
lain, akhlak ialah suatu sistem yang menilai perbuatan lahir dan batin manusia
baik secara individu, kumpulan, dan masyarakat dalam interaksi hidup antara
manusia dengan baik secara individu, kehidupan masyarakat dalam interaksi hidup
antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan
hewan, dengan malaikat, dengan jin, dan juga dengan alam sekitar.
c. Etika
Istilah
etika berasal dari kata Latin: Ethic (us), dalam bahasa Inggris: Ethikos
= a body of moral principles or values. Ethic = arti sebenarnya, ialah
kebiasaan, habit, custom. Jadi dalam pengertian aslinya, apa yang disebutkan
baik itu ialah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (dewasa itu). Lambat
laun pengertian etika itu berubah, seperti pengertian sekarang. Etika ialah
suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana
yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai jahat (Burhanuddin, 2000:
3).
d. Susila
Secara
kebahasaan perkataan susila merupakan istilah yang berasal dari bahasa Sansekerta.
Su berarti baik atau bagus, sedangkan sila berarti dasar,
prinsip, peraturan hidup atau norma. Jadi, susila berarti dasar, prinsip,
peraturan atau norma hidup yang baik atau bagus.
Selain
itu, istilah susila pun mengandung pengertian peraturan hidup yang lebih baik.
Istilah susila dapat pula berarti sopan, beradab, dan baik budi bahasanya.
Dengan demikian, kesusilaan dengan penambahan awalan ke dan akhiran an
sama artinya dengan kesopanan.
3.
Bentuk-Bentuk Moral Baik dan Buruk dalam Novel Napas Cinta Para Ahli Doa
Bentuk-bentuk
moral baik dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa adalah sebagai berikut:
a.
Kesabaran
Kesabaran merupakan sebuah keutamaan
yang menghiasi diri seorang mukmin, di mana orang itu mampu mengatasi berbagai
kesusahan dan tetap berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan
cobaan itu begitu dahsyat (M. Mahmud Abdillah, 2005: 57).
Seorang
mukmin harus senantiasa bersabar dan mengharap dengan sangat keridahan Allah
serta mencita-citakan untuk mendapat pahala-Nya dan segala apa yang disediakan
bagi orang-orang yang sabar.
b.
Tawakkal
Seseorang
yang memiliki sifat tawakkal akan merasakan ketenangan, ketentraman, dan
senantiasa merasa mantap dan opitimis dalam bertindak. Di samping itu, juga
akan mendapatkan kekuatan spiritual, serta keperkasaan luar biasa yang dapat
mengalahkan segala kekuatan yang bersifat material. Selain itu, juga merasakan
kerelaan yang penuh atas segala yang diterimanya, dan selanjutnya akan
senantiasa memiliki harapan atas segala yang dikehendaki dan dicita-citakannya.
c. Taat
Beribadah
Ibadah
adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang
disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak
disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) (Abuafif, 2011).
Ibadah di
dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya.
Karena Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan
kitab-kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang enggan
melaksanakannya dicela. Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah menyucikan
jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju
kesempurnaan manusiawi.
d.
Penolong
Sebagai
makhluk sosial, manusia tak bisa hidup sendirian. Meski segalanya telah
dimiliki, harta benda yang berlimpah sehingga setiap apa yang diinginkan, maka
dengan mudah dapat terpenuhi. Tetapi, jika hidup sendirian tanpa orang lain
yang menemani tentu akan kesepian pula. Kebahagiaan pun mungkin tak pernah dirasakan.
Sebagai
makhluk sosial manusia pun membutuhkan orang lain. Tak hanya sebagai teman
dalam kesendirian, tetapi juga rekan dalam melakukan sesuatu. Entah itu
aktivitas ekonomi, sosial, budaya, politik maupun amal perbuatan yang terkait
dengan ibadah kepada Tuhan. Di sinilah tercipta hubungan untuk saling tolong
menolong antara manusia satu dengan yang lainnya. Saling berbagi terhadap
sesama merupakan suatu kebutuhan sebagi manusia. Tolong menolong, saling
menghargai, menghormati, dan dapat menjaga perasaan antara yang satu dengan
yang lainnya mungkin hidup akan terasa damai (Oktava, 2011).
e. Rajin
Bekerja dan Belajar
Dengan bekerja keras seseorang atau
setiap manusia akan mendapatkan yang diinginkan meski dalam melakukannya
bersusah payah. Tidak hanya bekerja keras yang diutamakan, tetapi juga harus
diimbangi dengan rasa ikhlas. Karena dengan rajin bekerja keras dan belajar
yang diimbangi dengan rasa ikhlas maka akan terlihat mudah.
Dengan demikian, harus disyukuri dan
disadari bahwa kemalasan dan ketidakmauan dalam belajar sama saja menolak
anugerah Tuhan yang sangat khas kepada manusia. Kembali ke dalam diri, bahwa
kemauan dan kemampuan dalam belajar adalah berhubungan erat dengan pengakuan
akan kekurangan atau ketidaksempurnaan diri dan sekaligus kebutuhan untuk
menambah, membekali, dan memerlengkapi diri. Orang yang rajin belajar mengakui
dirinya belum sempurna dan cukup pintar dan bijak sehingga memaksa dirinya
belajar dan belajar. Itulah sebabnya semakin bertambah umur, semakin mapan
perekonomian, dan semakin terhormat posisi di masyarakat semakin sulit saja
untuk belajar, karena ada godaan yang menganggap diri sudah cukup sempurna.
Sebab itu, mahluk yang paling sulit belajar di dunia ini adalah orang yang
merasa sudah pandai atau orang yang merasa bodoh/tidak mampu belajar (Herry,
2011).
f. Mampu
Mengendalikan Diri
Di dalam kehidupan bermasyarakat
sehari-hari terdapat nilai dan norma yang berlaku secara umum serta harus
dihormati dan dijalankan sebagai warga masyarakat yang baik. Hukum pun ada untuk
mengatur warga masyarakatnya secara paksa untuk mengendalikan setiap manusia
yang ada di masyarakat tersebut. Dengan pengendalian
diri, tidak hanya pahala yang kelak dapat raih. Pengendalian diri membuat
seseorang terbiasa menikmati keteraturan hidup, terbiasa taat, dan merasa
bahagia ketika mampu menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah subhana
wa ta'ala (Abatasa, 2011).
Contoh sikap dan perilaku pengendalian diri:
(1) Dalam keluarga
·
Hidup sederhana dan tidak suka pamer
harta kekayaan dan kelebihannya.
·
Tidak mengganggu ketentraman anggota
keluarga lain.
·
Tunduk dan taat terhadap aturan
serta perintah orang tua.
(2) Dalam masyarakat
·
Mencari sahabat sebanyak-banyaknya
dan membenci permusuhan.
·
Saling menghormati dan menghargai
orang lain
·
Mengutamakan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadi
g.
Penyesalan
Penyesalan
adalah suatu perasaan di mana seseorang merasa bersalah/melakukan kesalahan
akan sesuatu dan ingin kembali ke masa saat melakukan kesalahan tersebut, dan
memperbaikinya pada masa yang telah lalu (Amira Wulandari, 2011).
Penyesalan adalah perasaan yang
harus dirasakan dalam hidup. Karena dengan menyesal (bagi yang berfikir),
seseorang akan berusaha menjadi lebih baik lagi, dan meminimalisasi kesalahan
dalam hidupnya. Belajar dari kesalahan, itulah yang akan seseorang perbuat,
setelah merasa menyesal.
Menyesal
juga jangan terlalu berlarut-larut. Jangan jadikan kesalahan itu beban yang
sulit, tapi jadikan itu tantangan serta uji kesabaran agar diri menjadi lebih
baik lagi. Seseorang akan berpikir, lalu melakukan perenungan, kemudian
timbullah tekad untuk menjadi lebih baik lagi. Insya Allah, jika tekad dan
usaha itu baik, maka orang tersebut akan bisa mendapatkan kebaikan yang haqiqi.
Bentuk-bentuk
moral buruk dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa adalah sebagai
berikut:
a. Intrik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
intrik adalah penyebar kabar bohong yang sengaja dilakukan untuk menjatuhkan
pihak lawan (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 188). Perbuatan intrik atau
mengadu domba seseorang sangat dibenci oleh Allah swt.
b. Konflik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
konflik adalah suatu pertentangan atau percekcokan (Suharso dan Ana
Retroningsih, 2009: 260). Konflik merupakan sesuatu yang buruk dan sangat
merugikan bagi seseorang apabila terus terjadi, dan merupakan sesuatu yang
terjadi akibat kurangnya kepercayaan seseorang kepada orang lain.
c. Bohong
Bohong
adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain atau tidak cocok
dengan keadaan yang sebenarnya, seperti dusta dan palsu (Suharso dan Ana
Retnoningsih, 2009: 92). Jadi apabila tidak berkata jujur kepada orang lain,
maka orang itu dikatakan orang yang munafik. Contoh bohong dalam keseharian
yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang dituju tidak ada
tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti ada anak ditanya
dari mana oleh orang tuanya dan anak kecil itu mengatakan tempat yang tidak
habis dikunjunginya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitian
Untuk memudahkan memperoleh data dan kesimpulan secara
objektif tentang nilai-nilai moral dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa
karya Wahyu Sujani, maka langkah yang ditempuh penulis adalah mengadakan studi
kepustakaan yang mengidentifkasi pemilihan dan perumusan masalah, menyelidiki
variabel-variabel yang relevan melalui telaah kepustakaan.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif adalah proses pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau menuliskan keadaan subyek atau non-objek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain).
Pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan moral. Langkah yang
dilakukan adalah menganalisis teks sastra (novel) untuk menemukan permasalahan
yang berhubungan dengan nilai moral yang terdapat dalam novel Napas Cinta
Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani.
B. Data
dan Sumber Data
1. Data
Data dalam penelitian ini adalah
nilai moral yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya
Wahyu Sujani, yaitu nilai moral yang baik dan nilai moral yang buruk. Moral
baik yaitu: (1) kesabaran, (2) tawakkal, (3) taat beribadah, (4) penolong, (5)
rajin bekerja dan belajar, (6) mampu mengendalikan diri, dan (7) penyesalan.
Moral buruk yaitu: (1) intrik, (2) konflik, dan (3) bohong.
2. Sumber
Data
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah novel Napas
Cinta Para Ahli Doa Penerbit Diva Press Cetakan Pertama tahun 2010 dengan
jumlah halaman 378, dan tempat terbitnya di Banguntapan Jogjakarta. Dipilihnya
novel karya Wahyu Sujani didasari atas alasan sebagai berikut:
a. Novel
karya Wahyu Sujani belum pernah dilakukan oleh peneliti-peniliti lain, maka
peneliti berinisiatif menganalisis novel Napas Cinta Para Ahli Doa.
b. Novel Napas
Cinta Para Ahli Doa menggambarkan tentang fenomena yang sering terjadi di
masyarakat, sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang novel
tersebut.
c. Novel Napas
Cinta Para Ahli Doa memiliki banyak pesan-pesan moral baik yang dapat
dipetik hikmahnya.
C. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk
memperoleh data dan informasi mengenai nilai-nilai moral yaitu dengan melakukan
penulisan pustaka (percetakan). Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis
dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Membaca
novel Napas Cinta Para Ahli Doa secara keseluruhan.
2.
Memahami isi novel yang telah dibaca dan berkaitan erat dengan masalah moral.
3.
Menganalisis paragraf demi paragraf, bab demi bab, dan melakukan
pengklasifikasian.
4.
Mengelompokkan data yang di dalamnya mengandung nilai-nilai moral.
D. Teknik
Analisis Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan maka
data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan nilai moral
yang dijadikan acuan penelitian meliputi.
1.
Menelaah seluruh data yang telah diperoleh berupa nilai Moral dalam Novel Napas
Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani.
2.
Mereduksi dan mengaitkan data tertulis berupa nilai moral, selanjutnya dikutip
untuk memperkuat analisis data.
3. Apabila
hasil penelitian ini sudah akurat serta data yang dibutuhkan telah lengkap maka
penelitian ini telah dianggap berakhir.
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan secara
rinci hasil penelitian terhadap novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya
Wahyu Sujani, dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Hasil
penelitian ini akan dikemukakan beberapa data yang diperoleh sebagai bukti
hasil penelitian. Data yang akan disajikan pada bagian ini adalah data yang
memuat aspek-aspek moral sebagai salah satu unsur pembentuk novel tersebut.
Berdasarkan pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis novel Napas
Cinta Para Ahli Doa, maka diharapkan dapat mengungkapkan aspek moral secara
terperinci dan jelas. Aspek moral yang dimaksud yaitu aspek moral baik yang
terdiri dari kesabaran, tawakkal, taat beribadah, penolong, rajin bekerja dan
belajar, mampu mengendalikan diri, dan penyesalan. Sedangkan moral buruk yang
dikaji terdiri dari intrik, konflik, dan bohong. Hal ini dimaksudkan untuk
memperkuat analisis, berikut akan dikutipkan beberapa isi novel.
1. Moral
Baik
Moral yang baik adalah sikap atau
tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang. Adapun moral baik
dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa yaitu kesabaran, tawakkal, taat
beribadah, penolong, rajin bekerja dan belajar, mampu mengendalikan diri, dan
penyesalan.
a. Kesabaran
Kesabaran adalah sebuah keutamaan
yang menghiasi diri seorang mukmin, di mana seseorang mampu mengatasi berbagai
kesusahan dan tetap berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan
cobaan itu begitu dahsyat.
Nilai kesabaran dapat dilihat pada
sikap sabar yang dimiliki oleh Alzena terhadap kekasihnya. Alzena masih terus
bersabar atas penghinaan dan keegoisan yang dilakukan oleh Babeh kekasihnya,
Alzena pun terus berusaha menahan kesabarannya untuk tidak membencinya. Selain
Alzena, sikap kesabaran juga dimiliki oleh April. April terus berusaha menahan
rasa sakit hatinya tentang sikap yang dilakukan oleh Handi yang secara
tiba-tiba memutuskan jalinan cintanya. Dengan demikian, April masih cukup
profesional sebagai seorang pemimpin. Olehnya itu, April tetap berusaha tegar
dalam menghadapi permasalahan. Sebagaimana uraian berikut mengenai sifat
kesabaran yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa.
“Saya takut Bang Widianto terluka hatinya setelah pernah
saya dengar dulunya dia selalu tersakiti oleh kaum hawa. Tak menutupi, saya pun
dapat merasakan aura cintanya dia pada saya, Nona. Apakah dia khilaf berani
melakukan tu pada saya ataukah sengaja?”
“Dia melakukannya dengan sadar. Jadi, bukan sebuah
kekhilafan, Nona. Walaupun saya dekat pula dengannya, bahkan dia pernah
berjasah pada saya, tapi mendengar cerita Nona Shira saya jadi kesal juga.
Sekarang yang jadi masalah Nona Alzena apa? Bingungkah bagaimana caranya
memutuskan hubungan kalian itu?
“Jujur, ya. Ada pula rasa sayang saya padanya, tapi hati ni
jadi tak mau punya calon suami laiknya dia, Nona. (NCPAD: 67)
“Bang, dengar. Kalaulah Abang nak marahi saya., saya ikhlas.
Tapi, janganlah sekali-sekali Abang sertakan pula penampilan saya. Dan,
harusnya Abang ni merenung. Saya ni bukan perempuan murahan yang bisa seenaknya
Abang sentuh, sekalipun sedang tertidur. Baik, kita jujur sekarang, kenapa
sikap saya jadi berubah. Tercabar pula hati saya ‘tuk ungkapkan. Semua karena
Abang pula. Semula sudah saya ni berusaha ‘tuk bisa mencintai Abang, tapi sejak
peristiwa tu berpaling hati saya. Saya tak benci karena agama melarang kita
saling benci. Tapi, saya marah dengan sikap licik Abang tu…!” (NCPAD: 120)
Banyak dia tak paham kesibukan saya. Saya coba bertahan
dalam kesabaran, namun ternyata tak jelma jadi pengertian. Bingung saya ni,
Bang. Apa yang harus saya lakukan lagi jika semua sudah seperti tu? Jikalah
Abang dalam posisi saya, apa yang nak Abang lakukan? Masih nak coba tahankah
jalinan cinta sebelah tangan tu?” (NCPAD: 123)
Sebisa mungkin, ia menahan sakit hatinya atas keputusan
Handi dalam surat itu. Bagaimanapun juga, sebagai pimpinan, ia harus
profesional. Urusan pribadi biar dikesampingkan dulu karena rapat itu
menyangkut masa depan bank tempatnya bekerja. (NCPAD: 92)
Berdasarkan uraian di atas, maka
seorang mukmin harus senantiasa bersabar dan mengharap dengat sangat keridhan
Allah swt., serta mencita-citakan untuk mendapat pahala-Nya dan segala sesuatu
yang disediakan bagi orang-orang yang sabar.
b. Tawakkal
Seseorang yang memiliki sifat
tawakkal akan merasakan ketenangan, ketentraman, dan senantiasa merasa mantap
dan optimis dalam bertindak. Di samping itu, juga akan mendapatkan kekuatan
spiritual, serta keperkasaan luar biasa yang dapat mengalahkan segala kekuatan
yang bersifat material. Juga merasakan kerelaan yang penuh atas segala yang
dikehendaki dan dicita-citakannya.
Tokoh Fikri dalam novel Napas
Cinta Para Ahli Doa yang memiliki sifat tawakkal yang selalu berdoa kepada
Allah swt., atas segala permasalahan yang ada dalam pikirannya. Sementara itu,
terlihat pula sifat tawakkal oleh Shira atas kecelakaan yang menimpanya, dan
yang menyakitkan ketika Shira mengetahui bahwa rahim dan janinnya sudah
dioperasi akibat kecelakaan tersebut. Walaupun bencana itu datang bertubi-tubi
tetapi Shira tetap berserah diri kepada Allah swt., atas musibah yang kian
menimpanya. Uraian berikut mengenai sifat tawakkal yang dimiliki oleh Fikri dan
Shira.
“Allahu Karim…, hilangkan kesesakan dalam dadaku yang muncul
tiba-tiba karena ingat istriku. Tenangkanlah hatiku. Jika ini sebuah firasat
buruk, kuatkanlah aku saat menemuinya nanti. Tetapkanlah hatiku untuk selalu
bersyukur atas apa pun yang Kau limpahkan kepadaku…
“Demi kemuliaan malam yang Kau ciptakan, buatlah istriku
tenang dan damai di sana serta biasa melewati segala permasalahan yang
dihadapinya. Kaulah pelindung yang sejati, maka lindungilah dia nama cinta-Mu
yang suci. (NCPAD: 370)
Setelah bicara dengan orang tuanya
dalam bahasa Perancis, Shira menangis lagi. Alzena berusaha menenangkannya.
Walau Shira bicara seperti itu, tapi sejujurnya hatinya amat sesak karena
takut. Tak terhitug Fikri selalu mengigatkan untuk menjaga diri dan
kesehatannya agar bayi dalam kandungannya lahir dalam keadaan sehat. Setip kali
soal itu dibahas, selalu membuat suaminya itu ceria. Tapi, bagaimana dengan
kejadian itu?
“Ya Allah…, Kau Maha Pengasih dan
Penyayang. Apa yang terjadi padaku adalah kehendak-Mu. Aku percaya, di balik
semua ini ada hikmah besar yang tersembunyi. Tapi, tolong tabahkan hatiku agar
tidak berpaling dari-Mu. Aku dan suamiku amat mendambakan kehadiran seorang
anak, tapi Kau ambil lagi. Kami tidak bisa menahannya karena Engkau-lah yang
berkuasa atas segala sesuatu… (NCPAD: 372-373)
Berdasarkan uraian di atas, maka perbuatan yang dilakukan
oleh Fikri dan Shira merupakan perbuatan yang dapat diteladani karena setiap
masalah yang dihadapi oleh Fikri dan Shira tetap bertawakkal kepada Allah swt.
Kendati pun, Allah tidak menginginkan bahwa manusia harus selalu bertawakkal,
tetapi adakalanya sebelum bertawakkal harus senantiasa dimulai dengan usaha
terlebih dahulu.
c. Taat Beribadah
Ibadah di dalam syariat Islam
merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya, karena Allah menciptakan
manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab suci-Nya. Orang yang
melaksanakannya dipuji dan yang enggan melaksanakannya dicela. Di antara
keutamaan ibadah bahwasanya ibadah menyucikan jiwa dan membersihkannya, dan
mengangkat ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi.
Dalam novel Napas Cinta Para Ahli
Doa sikap taat beribadah oleh Leni dan Asma, ketika mereka hendak
melaksanakan shalat qiyamul lail dan shalat thara untuk memohon petunjuk
kepada Allah swt., atas masalah yang dihadapi. Begitu pula dengan Asma sahabat
Leni yang selalu melaksanakan shalat qiyamul lail untuk segera
mendapatkan jodoh. Selain Leni dan Asma, Fikri juga merupakan sosok yang taat
beribadah kepada Allah, ditunjukkan ketika Fikri dan istrinya Shira sering
melaksanakan shalat qiyamul lail, dan selalu berdoa ketika sedang
mengalami masalah maupun tidak ada masalah untuk memohon petunjuk dari Allah
swt., agar tetap berada pada jalan yang diridhai oleh Allah swt. Kutipan
berikut menggambarkan sosok tokoh dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa
yang taat beribadah.
Leni menoleh, tertawa geli. “Iyalah kalau begitu mah”,
katanya, seraya melirik jam tanggannya. Jarum jam sudah jatuh di angka setengah
dua dini hari. Udara semakin mencucuk tulang, namun sama sekali tidak ada rasa
kantuk di matanya. “Aku belum shalat malam. Kamu mau shalat juga, As?” Tanyanya
kemudian.
“Yuk. Kebetulan aku sedang punya hajat”.
Leni tersenyum geli. “Hajat apa kalau boleh kutahu?”
Asma mendekatkan mulutnya ke telinga Leni yang tersembunyi
di balik kerudung merahnya. “Minta jodoh”. (NCPAD: 15)
Puas Leni memperhatikan tulisan pasir indah itu, lalu ke
kamar mandi mengambil air wudhu. Shalat istikhrah pun dilakukan untuk meminta
jawaban kepada Sang Maha Memberi Petunjuk, hingga ia tertidur dengan tangan
masih memegang tasbih kesayangannya. (NCPAD: 341)
Di sepertiga malam itu, seketika ingatan Fikri jatuh kepada
Shira. Kalau sedang di rumah, di waktu-waktu seperti itu, ia selalu membangunkan
istrinya atau sebaliknya ia yang dibangunkan istrinya untuk qiyamul lail
bersama-sama. Indah nian hidup berumah tangga, apalagi beristrikan perempuan
shalihah seperti yang dimilikinya sekarang. (NCPAD: 367)
Fikri geleng-geleng kepala tak mau ia menodai pikirannya
yang hanya untuk istrinya. Akhirnya, ia meninggalkan ruang pameran, kembali ke
penginapannya, lalu ia shalat dua rakaat, berharap tidak terjadi sesuatu dengan
istrinya karena hatinya mendadak gelisah sendiri. Doa pun melirih dari bibirnya,
sehingga malam pun seakan meresapinya sampai-sampai tak terdengar lagi derik
binatang yang selalu bersuara di waktunya. (NCPAD: 369)
Kutipan-kutipan tersebut memuat
nilai-nilai ibadah yang dilakukan oleh Leni, Asma, Fikri, dan Shira. Keempat
tokoh ini senantiasa taat beribadah kepada Allah swt., ditunjukkan ketika
melaksanakan shalat qiyammul lail dan shalat tharah. Ibadah di dalam
syariat islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya. Karena
Allah menciptakan jin dan manusia untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.
d. Penolong
Sebagai mahluk sosial, manusia tidak
dapat hidup sendirian. Meski segalanya telah dimiliki, harta benda yang
berlimpah sehingga setiap yang telah diinginkan maka dengan mudah dapat
terpenuhi, tetapi jika hidup sendirian tanpa orang lain yang menemani tentu
akan kesepian pula. Kebahagiaan pun tak pernah dirasakan. Seperti yang terdapat
dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa tentang sifat penolong yang
dimiliki oleh Fikri ketika sedang menolong wanita yang hendak dianiaya oleh
suaminya. Walaupun Fikri belum mengenal wanita itu tetapi karena ketulusan
hatinya maka Fikri akan menolong wanita tersebut. Fikri sedang berusaha
menasehati suami Diana yang sedang memegang golok seakan-akan ingin membunuh
istrinya. Tetapi Fikri tetap berusaha untuk menenangkan situasi agar
permasalahan antara keduanya dapat terselesaikan dengan baik.
Tambahan lagi, Fikri yang sudah
berusaha keras untuk menasehati suami Diana yang ingin membunuhnya, tetapi
suami Diana tetap tidak bisa menahan amarahnya. Sampai akhirnya, Fikri
berpura-pura memanggil polisi agar situasi bisa menjadi aman. Fikri dan
teman-temannya kembali menunjukkan sifat penolongnya ketika mengantarkan Diana
ke rumah temannya di Pangadaran karena Diana tidak ingin kembali ke rumahnya karena
takut mendapatkan perlakuan kasar oleh suaminya. Sifat penolong Fikri belum
cukup sampai di situ. Sampai akhirnya, Fikri berusaha kembali untuk menolong
Diana yang sedang kesusahan karena teman yang dicarinya tidak dapat ditemukan.
Akhirnya Fikri mengajak Diana untuk ikut dengannya menggelar sebuah pameran,
karena Diana tidak mempunyai lagi keluarga untuk ditinggali. Kutipan berikut
akan menjelaskan mengenai sifat penolong yang dimiliki oleh tokoh Fikri.
“Jelaskan. Ada apa sebenarnya? Apa yang bisa saya bantu
untuk menolong Mbak? Kalau bisa, Insya Allah saya bantu. Perempuan itu menatap
fikri sesaat. Fikri kerutkan dahi kasihan melihat keadaannya. Pakaiannya selain
sobek sedikit juga basah kuyup, hingga rambutnya klimis awut-awutan. Wajahnya
pun yang sedikit lebam dan berkeringat agak kotor. (NCPAD: 219)
“Mas buat apa golok itu? Buat cincang istri Mas yang cantik
ini, ya? Sayang. Kalau nanti dia mati, Mas ngak bisa tidur lagi bersamanya. Mas
juga pasti akan kedinginan di penjara. Lumayan lho, hukumannya lama. Sahabat
saya saja, walau cuma seminggu di penjara gara-gara kena fitnah, langsung
taubat. Katanya, lebih baik mati daripada harus masuk penjara. Sehari seperti
setahun. Kalau saya jadi Mas, lebih baik damai sama istri. Kan dapat pahala,
tuh?. (NCPAD: 221)
Fikri berdiri, lalu menghampiri Dudung. “Belum, sih. Itu
kata teman saya. Demi Allah, saya tidak bohong. Kalu Mas mau masuk penjara, ya
silahkan saja bunuh istri Mas. Tapi, sepertinya kita nggak bisa tinggal diam
melihat kezhaliman di depan mata kita. Kalau kami semua mati di tangan Mas sama
golok itu, wah, hukuman Mas bisa lebih berat lagi. Bisa jadi seumur hidup atau
mungkin di hukum mati dengan tuduhan pembantaian direncanakan”. (NCPAD: 221)
“Maaf…, boleh kan saya ikut kalian?”
Semua saling pandang. Fikri garuk-garuk kening bingung.
“Demi Allah, tolong saya. Bawa saya ke Pangadaran. Saya punya teman kerja di
Hotel Nusantra. Semantara waktu, saya mau tinggal dulu di kontrakannya. Saya
masih takut dengan suami saya…,” kembali, Diana memohon. Fikri menoleh kepada
Jajang, Nana, dan Andriana seakan minta pendapat. “Kang, ibadah…,” kata Nana
merasa kasihan kepada Diana. “Ya sudah. Tapi, di sana kami tidak bisa menemani
Mbak Diana lama-lama karena saya ke Pangadaran bukan untuk piknik,” akhirnya
kata Fikri. (NCPAD: 224)
“Ya. Kamu Benar. Kalau kamu ingin ikut denganku, aku
perbolehkan. Tapi, nanti jika keadaanmu sudah tenang, temui suamimu. Jika benar
kamu ingin mengugat cerai, lakukanlah segera. Tapi sekiranya masih bisa
dipertahankan, itu lebih baik lagi”. (NCPAD: 230)
Kutipan-kutipan di atas
menggambarkan tentang perilaku yang perlu diteladani yaitu sifat berjiwa sosial
atau sifat penolong terhadap sesama manusia yang ditunjukkan oleh tokoh Fikri
dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa. Sebagai mahluk sosial manusia
membutuhkan orang lain. Tak hanya sebagai teman dalam kesendirian, tetapi juga
rekan dalam melakukan sesuatu.
e. Rajin Bekerja dan Belajar
Dengan bekerja keras seseorang atau setiap manusia akan
mendapatkan yang diinginkan meski dalam melakukannya bersusah payah. Tidak
hanya bekerja keras yang diutamakan, tetapi juga harus diimbangi dengan rasa
ikhlas. Karena dengan rajin bekerja keras dan belajar yang diimbangi dengan
rasa ikhlas maka akan terlihat mudah.
Tokoh Fikri dan Shira yang digambarkan dalam novel, sedang
berusaha keras untuk mengembangkan usahanya. Fikri sedang sibuk menghitung
pengeluaran dan pemasukan hasil penjualan lukisanya. Sedangkan Shira sedang
sibuk belajar untuk memersiapkan tes kepada siswa bimbingannya. Selain sifat
rajin belajar yang dimilki, Shira pun sangat rajin bekerja. Walaupun sebenarnya
Shira anak orang kaya, tetapi bukan anak yang manja, sehingga Shira mendapatkan
nilai plus bagi kehidupan rumah tangganya setelah menikah karena Shira
merupakan sosok perempuan yang rajin dan pandai dalam memasak.
Selain rajin bekerja, Fikri juga rajin belajar dan membaca
buku-buku agama, bahkan Fikri selalu mengamalkan pengetahuannya kepada orang
banyak, seperti berceramah di masjid. Uraian berikut sangat memperjelas mengenai
sikap rajin bekerja dan belajar yang ditunjukkan oleh Fikri dan shira dalam
novel Napas Cinta Para Ahli Doa.
Derik binatang selalu terdengar
sesekali diselingi gemerisik dedaunan yang disapa lembut angin malam. Waktu
sudah jatuh di angka setengah dua belas mendekati tengah malam. Tapi, Fikri dan
Shira belum juga tertidur. Mereka masih berkuat dengan pekerjaan masing-masing.
Fikri sedang mengkalkulasi pemasukan dan modal penjualan kerajinanannya,
sementara Shira sedang berkutat dengan notebook-nya mengetik soal untuk siswa
di tempat bimbelnya. (NCPAD: 46)
Walaupun Shira anak tunggal dari
pasangan keluarga kaya, tapi ia bukan anak manja yang tidak bisa masak. Sejak
tinggal di Indonesia, sudah terbiasa ia hidup mandiri. Dan, kemandiriannya itu
ternyata memberikan nilai plus bagi kehidupan rumah tangganya. Setiap hari,
setelah menikah, menu makan selalu berbeda-beda. (NCPAD: 70)
Sambil tersenyum, Shira kembali ke
kamar untuk memanggil Fikri yang sedari subuh tadi hingga langit terang masih
asyik membaca buku kisah-kisah teladan terjemahan dari kitab Hikayat
ash-Shuffiyah karya Syekh Muhammad al-Yusr Abidin untuk referensi dakwahnya.
Kebetulan, nanti siang kebagian jadwal di Masjid Ulul Ilmu di bekas kampusnya
sendiri. (NPAD: 71)
Sedari siang sampai menjelang maghrib,
Fikri masih berkutat dengan lukisan pasir terbarunya. Dua motif abstrak,
background untuk kaligrafinya, sudah terbentuk dari pasir halus. Setelah pasir
diangin-anginkan, ia mulai membuat sketsa gambarnya di kertas dupleks. Keringat
dingin mengucur dari keningnya karena saking seriusnya. Jika sedikit saja salah
menggores, maka objek akan rusak. Demikian ia lakukan pekerjaan itu hingga dua
lukisan itu hampir selesai. (NCPAD: 135)
Uraian-uraian di atas menggambarkan sikap rajin bekerja dan
belajar yang dilakukan oleh Fikri dan Shira. Segala usaha yang dikerjakan dapat
membuahkan hasil walaupun dalam mengerjakannya berawal dari kesusahan atau
kerja keras, tetapi karena keikhlasan dalam bekerja dan belajar maka akan
bernilai ibadah disisi Allah swt.
f. Mampu Mengendalikan Diri
Di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari terdapat nilai
dan norma yang berlaku secara umum serta harus dihormati dan dijalankan sebagai
warga masyarakat yang baik. Hukum pun ada untuk mengatur warga masyarakatnya
secara paksa untuk mengendalikan setiap manusia yang ada di masyarakat
tersebut.
Sikap mampu mengendalikan diri, dimiliki oleh Handi hal ini
terlihat ketika berselisih dengan April yang disebabkan karena Handi masih
sering mengingat masa lalunya, tapi sebisa mungkin Handi berusaha untuk
menenangkan diri agar situasi yang terjadi antara keduanya tidak
berkepanjangan. Handi berusaha untuk membujuk kekasihnya akibat pertengkaran
yang terjadi, sampai keduanya merasa lebih tenang. Selain Handi, sifat
pengendalian diri juga dimiliki oleh Fikri. Fikri berusaha menahan emosinya dan
sekali berucap istighfar ketika perselisihan yang terjadi dengan
istrinya yang disebabkan foto-foto mesrah istrinya dengan lelaki lain. Fikri
terus berusaha menenangkan diri agar masalah yang terjadi padanya dapat
terselesaikan secara baik, tanpa adanya perasaan marah. Berikut beberapa contoh
kutipan tentang sifat pengendalian diri yang patut diamalkan, baik dalam
kehidupan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
Jadi, mohon jangan mulai lagi
pertengkaran kita. Kita sudah sama-sama dewasa dan bisa menyikapinya dengan
bijak, ucap Handi, tetap tenang karena memang karakternya demikian. “Justru
kita ini sudah dewasa mesti bisa tahu diri posisi masing-masing. Aku tidak mau
hubungan kita retak karena terus dibayang-bayangi masa lalumu. Buanglah dari
fantasimu Leni, sayang. Aku hadir buatmu. Aku siap memenuhi keinginanmu, apa
pun itu asalkan kau bisa mengerti juga perasaanku. Lihat Alan. Dia begitu dekat
denganmu. Dia amat membutuhkan karakter seorang ayah sepertimu yang penyayang.
Kalau bukan karena Alan, tidak mungkin aku mengemis-ngemis padamu”. (NCPAD: 82)
Untuk itu, kau jangan membesarkan
api asmaraku lagi padanya membahas hal seperti ini lagi. Setiap kali kau marah,
selalu dikaitkan dengan Leni. Jika terus demikian, sampai kapan aku bisa
melupakan dia? Aku sadar posisiku sekarang. Dan, kamu jangan khawatir, sampai
detik ini aku sedang terus belajar untuk bisa membuatmu bahagia. Karena aku pun
lelah berada dalam kesengsaraan batin terus”.
“Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?”
“Maksud kamu?”
“Untuk membuat hubungan kita lebih baik lagi?”
“Seperti kataku, aku masih belajar. Sedang mencari kuncinya
hingga kamu bisa nyaman saat bersamaku, begitu sebaliknya, aku nyaman
bersamamu,” lirih Handi kemudian, berusaha meredakan kekesalan janda cantik
beranak satu yang jadi kekasihnya itu. (NCPAD: 83)
Fikri mendesah berat. Hatinya masih kesal kepada istrinya
itu karena foto-foto yang ia temukan di meja ruang tamu ketika baru pulang dari
galeri kemarin sore. Kalau saja ia tidak bisa menahan emosinya, sore itu juga
ia sudah menunggu Shira pulang, lalu menanyainya habis-habisan. Ia merasa
dilecehkan. Ia merasa dikhianati. Ia marah karena tubuh istrinya itu sudah
dipeluk lelaki lain. Perih matanya melihat foto-foto mesrah itu. Tapi,
hatinyalah yang lebih perih. Menyesal ia sudah mengisinkan Shira pergi ke
Tangkuban Perahu. Sekali, ia mengusap wajahnya sambil mengucap istighfar, lalu
ia berucap pelan, “Ya. Aku pulang”. (NCPAD: 207)
“Sebagai istri, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan agar
keutuhan rumah tangga ini terjaga selamanya”.
“Kau imamku, Fikri…, bimbing aku…”
Fikri menghela napas dalam-dalam. Panas dalam dadanya ia
tahan-tahan agar emosinya tidak meledak lagi sambil terucap istighfar. Setelah
bisa menguasai keadaan, ia pun duduk di samping istrinya dan bicara lebih
pelan. (NCPAD: 210)
Kutipan-kutipan di atas
menggambarkan tentang sifat pengendalian diri yang dimiliki oleh Handi dan
Fikri. Di dalam kehidupan keluarga maupun lingkungan masyarakat perlu adanya
sifat pengendalian diri yang dimiliki oleh setiap individu, dimaksudkan agar
setiap permasalahan yang terjadi dapat terselesaikan dengan baik. Seperti sikap
yang dilakukan oleh Handi pada kekasihnya dan Fikri kepada istrinya ketika
sedang mengalami percekcokan, maka dengan cepat mengucapkan istighfar,
agar masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik.
g. Penyesalan
Penyesalan adalah perasaan yang
harus dirasakan dalam hidup. Karena dengan menyesal (bagi yang berpikir),
seseorang akan berusaha menjadi lebih baik lagi, dan meminimalisasi kesalahan
dalam hidupnya. Belajar dari kesalahan, itulah yang akan seseorang perbuat
setelah menyesal. Rasa menyesal adalah rasa yang wajib dirasakan.
Menyesal juga jangan berlarut-larut.
Jangan dijadikan kesalahan itu beban yang sulit, tapi jadikanlah tantangan
serta uji kesabaran agar diri menjadi lebih baik lagi. Seseorang akan berpikir,
lalu melakukan perenungan, kemudian timbullah tekad untuk menjadi lebih baik
lagi. Insya Allah, jika tekad dan usaha itu baik, maka orang tersebut akan bisa
mendapatkan kebaikan yang haqiqi.
Sifat menyesal dalam novel Napas
Cinta Para Ahli Doa terlihat pada tokoh Leni yang merasa sangat menyesal
karena ketika hendak dilamar oleh Fikri, Leni malah menolaknya, dan katanya
ingin mencari cinta sejatinya. Leni semakin menyesali perbuatan yang pernah
dilakukan. Sampai akhirnya, Leni merasa putus asa untuk menemui Fikri mantan
kekasihnya. Penyesalan yang dilakukan oleh Leni, juga tidak boleh dilakukan
secara berlarut-larut, karena dapat menjadikan sakit hati. Harus diyakini
bahwasanya takdir dan jodoh sudah ditetapkan oleh Allah swt. Lain halnya dengan
Ghofar yang merasa sangat menyesal atas dosa-dosa yang pernah diperbuatnya.
Ghofar sangat menyesali atas perbuatan dosa ketika menjadi seorang preman.
Sampai akhirnya, Ghofar bertaubat untuk memohon ampun kepada Allah atas
perbuatannya, karena sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha penyayang.
Kutipan berikut yang dapat mengajak untuk senantiasa menyesali perbuatan dosa
yang pernah dilakukakan.
Kenapa dulu ketika Fikri datang ke
rumahya dengan tujuan ingin mengkhitbahnya, ia malah keras kepala merasa yakin
bisa menemukan cinta sejatinya dalam waktu yang singkat, hingga menolaknya dan
pergi ke Jombang ketika lelaki itu masih berada di hadapannya. Haruskah ia
ditakdirkan untuk hidup dalam sakit hati berkepanjangan karena kebodohannya
sendiri? (NCPAD: 249)
“Aku tidak tahu, Git. Kota ini
banyak menyimpan kenangan buatku. Aku merasa betah di sini. Tapi, mungkin
takdir bicara kalau aku memaksakan diri tinggal di kota ini, hanya luka yang
aku dapati. Aku senang mendengar Fikri sudah memiliki istri yang sangat cantik
dan menyayanginya. Tapi, apakah aku akan kuat jika suatu hari nanti melihat
mereka berduaan dengan mesranya? Biar aku nikmati cinta ini sendirian saja,
Git. (NCPAD: 265)
“Saya…saya ingin taubat. Tapi kalau
saya taubat, berarti saya harus berhenti melakukan pungutan liar. Kalau
berhenti, saya…saya tidak akan punya uang. Istri dan anak saya pasti kelaparan,
Kang…,” baru Ghofar bersuara, walau tersekat. (NCPAD: 307)
“Ya. Demi Allah, saya akan
bertaubat. Ajari saya untuk bertaubat…,” Ghoffar bicara tegas.
“Kang, untuk bertaubat itu tidak
perlu diajari. Tapi harus timbul dari dalam hati sendiri. Niat,” jawab Irul.
Ghofar kurang percaya hingga menoleh kepada fikri. Fikri anggukkan kepala
sambil tersenyum.
Ghofar langsung tercenung dengan
wajah yang mendadak sedih. “Kenapa Kang Ghofar?” tegur Irul. Saya ini bejat.
Banyak sekali dosa besar yang pernah saya lakukan… Apakah …apakah dosa-dosa
saya yang tidak terhitung itu akan diampuni oleh Allah?” (NCPAD: 309)
Kutipan-kutipan di atas menggambarkan sosok tokoh dalam
novel Napas Cinta Para Ahli Doa yang merasa sangat menyesal. Seperti
tokoh Leni yang terus menyesal ketika mengingat masa lalunya dengan mantan
kekasihnya. Seakan-akan masa lalu yang pernah dialaminya ingin terulang
kembali. Selain Leni, Ghofar juga merasa sangat menyesal atas perbuatan dosa
yang pernah dilakukan dan berniat untuk tidak mengulangi lagi kejahatan yang
pernah dilakukan, dan kembali ke jalan yang diridhai oleh Allah swt. Belajar
dari kesalahan, itulah yang seseorang perbuat setelah menyesal.
2. Moral
Buruk
Moral buruk merupakan segala sikap atau
tingkah laku tercela yang dapat merusak iman seseorang serta menjatuhkan
martabat manusia. Adapun moral buruk dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa
yaitu intrik, konflik, dan bohong.
a. Intrik
Intrik adalah penyebar kabar bohong yang sengaja dilakukan
untuk menjatuhkan pihak lawan. Perbuatan intrik atau mengadu domba seseorang
sangat dibenci oleh Allah swt.
Intrik selalu ada di setiap
komunitas di manapun berada, bahkan di lembaga keagamaan yang katanya
menjunjung tinggi nilai etika ataupun di dunia kampus yang katanya menjunjung
tinggi profesionalitas dan objektivitas. Intrik lebih banyak terjadi karena
berbagai motif utama yang biasannya terkait tahta, harta, wanita/gender.
Sebagaimana gambaran dalam novel Napas
Cinta Para Ahli Doa mengenai sifat intrik yang dilakukan oleh orang-orang
jahat yang ingin menjatuhkan popularitas Shira dan Jo. Orang tersebut berniat
ingin manjatuhkan nama baik Shira dengan mengambil gambar Shira dan Jo kemudian
menyebarkannya. Foto Shira dan Jo kemudian ditempelkan di mading kantornya
sampai semua orang yang berada di kantor pagi itu melihatnya. Akhirnya Shira
dan temannya mulai curiga kepada ibu Hainun yang melakukan semua perbuatan
jahat itu kepadanya. Kecurigaan itu disebabkan karena pada saat pemilihan ketua
di kantor itu, bu Hainun memang menjadi saingan Jo. Uraian berikut
menggambarkan sifat intrik yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli
Doa.
Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang membidikkan
kameranya ke arah mereka. Yang difokuskan hanya ke arah Shira dan Jo saja.
Begitu gambar didapatnya, ia tersenyum penuh rencana. Dan, lebih tersenyum lagi
ketika berhasil mengambil gambar saat Shira menggelayutkan tangan di leher Jo
karena hampir terjatuh di turunan terjal itu. (NCPAD: 173)
“Ada apa, Ra? Tumben wajahnya galak amat?”
“Kamu lihat foto di mading itu? Siapa orang yang nggak punya
kerjaan ngambil foto kita itu? Atau, itu rencana kamu?”
Jo semakin heran. Ia memang sudah melihat foto itu. Sempat
terkejut juga, tapi tidak semarah Shira. Bahkan, ia sudah meminta salah satu
pegawainya untuk mencopotnya dari mading. Tapi, ternyata belum dikerjakan juga,
hingga dilihat teman-temannya. (NCPAD: 174)
Shira geleng-geleng kepala penuh kesal. “Saya jadi su’uzhan.
Jangan-jangan foto di Tangkuban Perahu itu benar rekayasa si Jo. Menurut Bu
Lina bagaimana?”
Kalau soal itu saya tidak bisa memastikan. Tapi, rasanya
tidak mungkin, Bu Shira. Bisa saja benar ulah Bu Hainun”. Tambah lagi masalah.
Rasanya saya mungkin gerah berada di sini, Bu”. (NCPAD: 344)
Kutipan-kutipan tersebut merupakan
gambaran intrik yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa,
yang terkadang membuat iman para tokoh dalam novel menjadi goyah. Namun dengan
qalam-qalam ilahi yang terus diucapkan, maka segala permasalahan yang
dialaminya dapat terselesaikan dengan baik.
b. Konflik
konflik adalah suatu pertentangan atau percekcokan. Konflik
merupakan sesuatu yang buruk dan sangat merugikan bagi seseorang apabila terus
terjadi, dan merupakan sesuatu yang terjadi akibat kurangnya kepercayaan
seseorang kepada orang lain.
Dalam novel ini terlihat konflik
yang terjadi antara Babeh dan Nurdin. Percekcokan yang terjadi antara keduanya
disebabkan karena Babeh ingin memperkosa Leni mantan kekasih Fikri, tetapi
usaha Babeh berhasil dicegah oleh Nurdin, dan perkelahian pun terjadi antara
keduanya. Sementara itu, Babeh mengusir Nurdin pergi dari galeri dan
melarangnya untuk bekerja lagi. Perbuatan yang dilakukan oleh Babeh sangat
tidak terpuji dan sangat dibenci oleh Allah swt. Selain konflik yang terjadi
antara Babeh dan Nurdin, pun terjadi antara preman yang bernama Ghofar dengan
teman-teman Fikri. Konflik tersebut diakibatkan karena Ghofar merupakan orang
sewaan suami Diana yang ingin mengambil Diana secara paksa. Tapi, teman-teman
Fikri berusaha mencegah perbuatan Ghofar dan akhirnya pun terjadi perkelahian.
Konflik yang terjadi semakin memuncak ketika orang-orang di sekelilingnya
terutama para pedagang yang merasa kesal dan dendam terhadap kelakuan Ghofar
yang sering memajak para pedagang, juga ikut melempari preman-preman tersebut
dan kerusuhan pun terjadi. Uraian berikut merupakan penggambaran konflik yang
terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa.
Babeh mendelik marah. Ia langsung
balas memukul, hingga terjadi perkelahian dengan Nurdin, membuat kamarnya
berantakan. Sementara Leni bersingut ke sudut kamar, berusaha untuk melarikan
diri. Tapi, dua lelaki itu berkelahi di dekat pintu, jadinya tidak ada jalan
keluar. Begitu ada sedikit kesempatan, dengan sisa tenaganya, Leni langsung
keluar dari kamar sambil mendekap kerudungnya yang lepas.
“Aku bunuh kamu, Din! Aku bunuh!” teriak Babeh setelah
berhasil menindih Nurdin dan mencekik lehernya, walau wajahnya bengap-bengap.
“Ayo bunuh! Bunuh!” balas Nurdin, tanpa rasa takut. Wajahnya
lebih parah dari Babeh. Babak belur dan cukup berdarah-darah. (NCPAD: 261)
Aku punya hak lebih di galeri ini
karena aku sahabat paling dekat Fikri. Jadi kamu minggat sekarang juga!
Kecuali, kalau kamu ingin mati di sini! Dengus Babeh tepat di depan wajah
Nurdin. Selesai bicara, ia menghentakkannya keras-keras, hingga Nurdin
tersungkur ke dekat pintu.(NCPAD: 262)
Mardan dan beberapa temannya
terkejut bukan main begitu melihat sosok Ghofar. Nyalinya langsung ciut. Tapi,
teman lainnya yang tidak mengenal Ghoffar hinggar terjadi perkelahian satu
lawan satu, sementara Dudung masih sibuk menyeret Diana ke tepi jalan sambil
terus memaki-maki. Keributan itu mengandung perhatian banyak orang. Para
pengunjung dan para pedagang langsung berkumpul di tepi pasir yang dibatasi
beton rendah. Mardan yang semula ciut melihat Ghofar jadi nekat. Ia menghadapi
Ghofar, siap menyerang, tapi mendadak niatnya tertahan karena pimpinan preman
itu mengeluarkan golok kecil dari balik jaket kulitnya. (NCPAD: 297)
Dudung, Ghofar, dan dua konconya
mulai resah dan ciut nyalinya. Apalagi ketika ada yang melemparinya, sebagian
yang lain ikut melempari hingga kericuhan terjadi lagi. Ghofar merunduk
wajahnya terkena lemparan batu sebesar genggaman hingga berdarah. Tapi yang
lebih parah adalah Dudung. Ia yang paling dekat dengan orang-orang hingga
beberapa batu sebesar genggaman berkali-kali mereka mendera tubuh dan kepalanya
hingga membuatnya meringkuk di pasir putih sambil berteriak-teriak minta ampun.
(NCPAD: 300)
Uraian-uraian tersebut menggambarkan konflik yang terdapat
dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa. Penyelesaian persoalan dengan
pemaksaan sepihak oleh pihak yang merasa lebih kuat, digunakan tindakan
kekerasan fisik, bukanlah cara yang beradab. Inilah yang dinamakan “Main hakim
sendiri”, yang hanya menyebabkan terjadinya bentrokan destruktif. Cara yang
lebih beradab demi tercegahnya perpecahan dan penindasan atas yang lemah oleh
yang lebih kuat, adalah cara penyelesaian yang berawal dari niat dan didasari
itikat baik untuk berkompromi.
c. Bohong
Bohong adalah mengatakan sesuatu
yang tidak benar kepada orang lain. Jadi apabila tidak berkata jujur kepada
orang lain, maka orang itu dikatakan orang yang munafik. Contoh bohong dalam
keseharian yaitu seperti, menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang
dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti
ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak kecil itu mengatakan
tempat yang tidak habis dikunjunginya.
Tokoh Babeh dalam novel Napas
Cinta Para Ahli Doa yang memiliki sifat yang sangat tidak terpuji, karena
membohongi Leni kalau Fikri akan segera datang ke galeri untuk menemuinya,
padahal kenyataannya Fikri sedang ke Pangadaran untuk menggelar acara pameran.
Babeh semakin membohongi Leni kalau keluarga yang sekarang dibina oleh Fikri
sudah tidak ada kecocokan lagi dan masih mencintai Leni. Dua rekan Babeh pun
ikut bersandiwara kepada Leni agar Leni tetap tinggal karena Babeh sedang
memikirkan niat jahat untuk mencelakai Leni. Babeh semakin mencoba menyakinkan
Leni dengan mengatakan kepada Leni kalau Fikri akan bercerai dengan istrinya.
Uraian berikut menggambarkan sosok tokoh Babeh dalam novel Napas Cinta Para
Ahli Doa yang memiliki sifat pembohong.
Sebentar Babeh melongok ke dalam galeri. Entah apa yang ada
dalam benaknya ia anggukkan kepala berbohong.
“Ada. Tapi, dia sedang pulang dulu. Baru saja. Nanti setelah
Isya pasti ke sini lagi. Itu sudah biasa karena karena dia suka mengerjakan
lukisan pasir. Jam dua belas nanti baru pulang ke rumahnya. Mau nunggu? Yuk,
masuk dulu”.
Agak ragu, Leni masuk. Begitu di dalam, ia dibuat takjub
dengan nuansa yang ada dalam galeri bekas kekasihnya itu. Banyak sekali aneka
motif lukisan indah dari pasir putih yang sudah diberi warna. (NCPAD: 235)
“Beh, lain kali saja aku ke sini lagi. Sampaikan salamku…”
“Jangan-jangan. Aku hubungi Fikri sekarang juga…,”
Babeh merogoh HP-nya, lalu menjauh dari Leni. Ia pura-pura
serius menghubungi Fikri. “Serius. Dia ada di galeri. Kalau bisa kamu cepat
datang. Apa mau bicara dulu dengannya? Ya, sudah. Cepat datang. Aku tunggu”.
Babeh menutup HP-nya, lalu melempar senyum kepada Leni. “Dia akan segera
datang. Sebentar lagi”. (NCPAD: 256)
“Iya. Namanya Shira. Blasteran Perancis-Mesir. Shira itu
guru di tempat bimbel. Tapi sayang, Len. Rumah tangga mereka sering cekcok. Ya,
gara-gara istrinya itu selalu sibuk sama pekerjaannya dan si Fikri sendiri
sering ke luar kota”. Babeh mulai mengajak bicara.
“Oh, ya? Kok bisa begitu? Bukannya Fikri sangat mencintai
istrinya, begitu juga sebaliknya, istrinya sangat mencintai Fikri?”
“Aku tidak tahu kalau hal itu. Tapi, yang aku tahu,
kadang-kadang Fikri suka ngomongin kamu. Katanya, sejak kalian berpisah, Fikri
kehilangan nomor kamu padahal ingin silaturrahmi sama kamu. Benar kan, Sen,
Den”?
“I-iya. Benar. Fikri kadang suka ngomongin Teh Leni.
Mungkin… mungkin masih suka sama Teh Leni”. Deni bersandiwara seakan kenal
dengan Fikri, padahal bertemu pun belum pernah. (NCPAD: 257)
Leni langsung diam. Minumannya dicicipi sedikit. Tapi,
karena enak semakin dirasakannya hingga agak banyak ditelannya. Tanpa ia
ketahui, Babeh mulai main mata dengan temannya itu. Kembali, Babeh berkata
bohong menceritakan perasaan Fikri kepadanya. Cukup menyakinkan ceritanya itu
karena ia tahu banyak bagaimana kisah masa lalu mereka, apalagi didukung
sandiwara Seni dan Deni, hingga Leni semakin diam bahkan mulai terpengaruh. Ia
jadi banyak Tanya soal kehidupan Fikri setelah membina rumah tangga dengan
Shira, membuat Leni sedikit kaget, tapi juga terbersit sekelumit perasaan
senang. (NCPAD: 258)
Uraian-uraian di atas merupakan
sifat pembohong yang dilakukan oleh Babeh kepada Leni. Sifat pembohong yang
dimiliki oleh Babeh merupakan sifat yang sangat tidak terpuji dan merupakan
ciri-ciri dari orang munafik.
Berdasarkan hasil analisis yang terdapat dalam novel Napas
Cinta Para Ahli Doa, maka dapat disimpulkan bahwa moral baik yang terdapat
dalam novel terdiri dari kesabaran, tawakkal, taat beribadah, penolong, rajin
bekerja dan belajar, mampu mengendalikan diri, dan penyesalan. Sedangkan moral
buruk yang terdapat dalam novel terdiri dari intrik, konflik, dan bohong.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dari novel Napas Cinta
Para Ahli Doa mengandung nilai-nilai moral sebagai sebuah novel yang memuat
gambaran pandangan yang tersaji dalam akurasi data, dalam novel Napas Cinta
Para Ahli Doa. Pandangan moral yang dimaksud dirinci dalam nilai-nilai
moral.
Nilai moral dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa
menjadi diskursus wacana dan arti mengenai kehidupan yang disinyalir oleh
pengarang lewat karyanya.
Sebagai karya sastra, novel memiliki keterkaitan erat
terhadap reaksi kehidupan masyarakat sehingga slogan yang mengatakan sastra
adalah cerminan masyarakat dipandang merupakan keniscayaan untuk mengungkap
nilai-nilai moral yang diteliti dalam skripsi ini mengandung aspek ajaran yang
dimaksud.
1.
Kesabaran merupakan sebuah keutamaan yang dapat menghiasi diri seorang mukmin,
di mana seseorang mampu mengatasi berbagai kesusahan dan tetap berada dalam
ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan cobaan itu begitu dahsyat.
2. Seseorang yang memiliki sifat
tawakkal akan merasakan ketenangan, ketentraman, dan senantiasa merasa mantap
dan optimis dalam bertindak. Di samping itu juga, akan mendapatkan kekuatan
spiritual, serta keperkasaan luar biasa yang dapat mengalahkan kekuatan yang
bersifat material.
3. Ibadah
di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya.
Karena Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan
Kitab-Kitab suci-Nya.
4. Sebagai
mahluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendirian. Meski segalanya telah
dimiliki, harta benda yang berlimpah sehingga setiap yang diinginkan, maka
dengan mudah dapat terpenuhi. Tetapi jika hidup sendirian tanpa orang lain yang
menemani tentu akan kesepian pula. Kebahagiaan pun tak pernah dirasakan.
5. Dengan
bekerja keras seseorang atau setiap manusia akan mendapatkan sesuatu yang
diinginkan meski dalam melakukannya akan bersusah payah. Tidak hanya bekerja
keras yang diutamakan, tetapi juga harus diimbangi dengan rasa ikhlas. Karena
dengan rajin bekerja keras dan belajar yang diimbangi dengan rasa ikhlas maka
akan terlihat mudah.
6. Di
dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari terdapat nilai dan norma yang berlaku
secara umum serta harus dihormati dan dijalankan sebagai warga masyarakat yang
baik. Hukum pun ada untuk mengatur warga masyarakatnya secara paksa untuk
mengendalikan setiap manusia yang ada di masyarakat tersebut.
7. Intrik
merupakan penyebar kabar bohong yang sengaja dilakukan untuk menjatuhkan pihak
lawan. Perbuatan intrik atau mengadu domba seseorang sangat dibenci oleh Allah
swt.
8. Konflik
merupakan sesuatu yang buruk dan sangat merugikan bagi seseorang apabila terus
terjadi, dan merupakan sesuatu yang terjadi akibat kurangnya kepercayaan
seseorang kepada orang lain.
9. Bohong
yaitu mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Jadi apabila tidak
berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu dikatakan orang yang munafik.
Contoh bohong dalam keseharian yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan
bahwa orang yang dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada.
Contoh lainnya seperti ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak
kecil itu mengatakan tempat yang tidak habis dikunjunginya.
10.
Penyesalan adalah perasaan yang harus dirasakan dalam hidup. Karena dengan
menyesal (bagi yang berfikir), seseorang akan berusaha menjadi lebih baik lagi,
dan meminimalisasi kesalahan dalam hidupnya. Belajar dari kesalahan, itulah
yang akan seseorang perbuat setelah ia menyesal. Rasa menyesal adalah rasa yang
wajib dirasakan.
11. Adapun
pesan moral yang dapat dipetik dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa
adalah kemanapun, di manapun, apapun, dan dengan siapa pun, tetaplah berusaha
untuk selalu menjadi diri sendiri. Jangan pernah berusaha untuk menjadi orang
lain sebab semua manusia memiliki keunikan tersendiri dalam dirinya
masing-masing. Meskipun kadangkala hidup dan nasib bisa tampak berantakan,
namun percayalah saat seseorang mau menerima kehidupan. Tidak ada sesuatu yang
terjadi karena kebetulan, semua itu telah diatur oleh Sang Pencipta dan itulah
yang terbaik bagi kehidupan.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, penulis
dapat menyarankan.
1. Bagi
mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya melestarikan
sastra dan mengembangkannya dengan melalui pendekatan moral maupun pendekatan
lainnya.
2. Bagi
penikmat sastra, bacalah sastra dengan menghayati dan memahami apa yang ingin
disampaikan pengarang dalam karyanya.
Penelitian ini dipetik dari skripsi
Hakim Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2008.