Kamis, Agustus 18, 2011

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ajaran moral dalam karya sastra seringkali tidak secara langsung disampaikan, tetapi melalui hal-hal yang sifatnya amoral dulu. Hal ini sesuai apa yang dikenal dengan tahap katarsis pada pembaca karya sastra. Meskipun sebelum mengalami katartis, pembaca atau penonton dipersilahkan untuk menikmati dan menyaksikan peristiwa-peristiwa yang sebetulnya tidak dibenarkan secara moral, yaitu adegan semacam pembunuhan atau banjir darah yang menyebabkan penonton atau pembaca senang tetapi juga muak. Jadi untuk menuju moral, seringkali penonton harus melalui proses menyaksikan adegan yang tidak sejalan dengan kepentingan moral (Azis, 2011: 143).
Seirama dengan uraian tersebut, diketahui bahwa semakin banyak fenomena-fenomena yang terjadi sekarang di tengah masyarakat yang terkadang tidak mengindahkan tentang perilaku-perilaku menyimpang. Ambillah misalnya novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani kisah di dalam novel ini merupakan potret hidup manusia yang tak lepas dari berbagai godaan yang jika salah menenentukan sikap akan membawa pada kesesatan.
Tokoh Fikri, yang selalu berdoa kepada Allah swt., atas segala karunia yang diberikan berupa istri yang cantik dan shalihah. Fikri bukan orang biasa lagi. Namanya telah melambung sebagai seorang seniman. Fikri memiliki seorang istri yang bernama Shira. Di balik cintanya pada Fikri, ternyata Shira menyimpan suatu rahasia. Namun ada pihak ketiga mulai masuk ke dalam kehidupan rumah tangga mereka. Jo, atasan Shira, menyebarkan isu bahwa dirinya punya affair dengan Shira. Belum lagi Alzena, malaikat penolong bagi Shira, ternyata menyimpan misi tertentu di balik semua sikapnya selama ini. Serta masih ada Diana, gadis yang pernah ditolong Fikri, diam-diam menaruh hati terhadap seniman pasir yang sedang mengadakan pameran di Pangadaran itu.
Kelebihan novel Napas Cinta Para Ahli Doa adalah mengangkat hakikat hidup yang sebenarnya. Tokoh Fikri mencerminkan seorang muslim yang sangat baik, sederhana dan bersahaja, banyak nilai moral yang dapat diambil dari tokoh Fikri maupun berbagai peristiwa dalam novel ini. Kasih sayang terhadap istrinya maupun rekan-rekannya, ketekunan bekerja dan belajar, kejujuran, tanggung jawab yang dimiliki, serta nilai-nilai kehidupan lainnya.
Novel Napas Cinta Para Ahli Doa merupakan salah satu karya sastra yang dihasilkan oleh Wahyu Sujani, akrab dipanggil Kang Waway, lahir di Bandung, 2 Januari 1982. Selama kuliah, Wahyu Sujani aktif dalam suatu organisasi mahasiswa HMBSI (Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia) asuhan Dr. R. Panca Pertiwi Hidayati, M. Pd., dosen Sastra Indonesia-nya, juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa. Sering menulis berbagai artikel, naskah drama, cerpen, atau puisi, tapi belum pernah dipublikasikan.
Sehubungan dengan hal di atas, penulis tertarik untuk mengkaji nilai moral dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani.
B. Fokus
Berdasarkan latar belakang, fokus dalam penelitian ini adalah nilai moral yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani, yang terdiri atas moral baik dan moral buruk. Moral baik yaitu: (1) kesabaran, (2) tawakkal, (3) taat beribadah, (4) penolong, (5) rajin bekerja dan belajar, (6) mampu mengendalikan diri, dan (7) penyesalan. Moral buruk yaitu: (1) intrik, (2) konflik, (3) dan bohong.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai moral yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani, yang terdiri atas moral baik dan moral buruk. Moral baik yaitu: (1) kesabaran, (2) tawakkal, (3) taat beribadah, (4) penolong, (5) rajin bekerja dan belajar, (6) mampu mengendalikan diri, dan (6) penyesalan. Moral buruk yaitu: (1) intrik, (2) konflik, dan (3) bohong.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat secara umum. Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan terutama jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Di samping itu, bermanfaat dalam upaya pengembangan mutu dan hasil pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca
Penelitian novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang telah ada sebelumnya dalam menganalisis nilai moral.
b. Bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan mahasiswa untuk memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif di masa yang akan datang, demi kemajuan diri dan mahasiswa.
c. Bagi peneliti
Diharapkan dapat memperoleh pengalaman lagsung dalam manganalisis sebuah karya sastra dan memberi dorongan kepada peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis.
E. Definisi Istilah
Definisi istilah dimaksudkan untuk merumuskan, mengenal, dan memahami suatu objek yang dapat dirumuskan lebih dari satu definisi istilah. Hal tersebut perlu didefinisikan secara operasional agar tidak menimbulkan penafsiran yang salah mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis perlu mengemukakan definisi istilah tersebut.
1. Kesabaran merupakan sebuah keutamaan yang menghiasi diri seorang mukmin, di mana orang itu mampu mengatasi berbagai kesusahan dan tetap berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan cobaan itu begitu dahsyat.
2. Tawakkal yaitu pasrah dengan sepenuh hati kepada Allah atas musibah yang telah menimpah atau berserah diri kepada Allah swt.
3. Ibadah merupakan perkara tauqifiyah yang tidak ada satu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah.
4. Penolong merupakan seseorang yang rela untuk membantu meringankan beban atau penderitaan orang yang kesusahan.
5. Rajin bekerja dan belajar merupakan sikap atau perbuatan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai sebuah kesuksesan
6. Pengendalian diri merupakan sikap dalam mengendalikan perasaan-perasaan atau pikiran yang bersifat negatif.
7. Penyesalan adalah suatu perasaan di mana seseorang merasa bersalah/melakukan kesalahan akan sesuatu dan ingin kembali ke masa saat melakukan kesalahan tersebut untuk memperbaikinya.
8. Intrik merupakan penyebar kabar bohong yang sengaja dilakukan untuk menjatuhkan pihak lawan.
9. Konflik merupakan suatu pertentangan atau percekcokan akibat kurangnya kepercayaan seseorang kepada orang lain.
10. Bohong yaitu mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain, dan orang yang tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu dikatakan orang yang munafik.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Sebelumnya
a. Analisis Moral dalam Penelitian Sebelumnya
Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal itu dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui relevansinya.
Penelitian Kamaruddin (2007) yang berjudul Analisis Nilai Moral Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan, yaitu menggambarkan tentang seorang muslimah yang sedang frustasi akibat tidak tercapainya cita-cita yang diinginkan yakni menegakkan syariat Islam di Indonesia, bahkan pelampiasan frustasinya itu ke hal-hal yang sifatnya melanggar norma atau ajaran agama Islam.
8
Penelitian mengenai nilai moral juga pernah dilakukan oleh (Nurhayati, 2011). Novel ini menggambarkan tentang hakikat hidup yang sebenarnya. Tokoh Ben yang mencerminkan profil guru yang hidup sederhana dan bersahaja. Banyak nilai moral yang dapat diambil dari tokoh Ben maupun berbagai peristiwa dalam novel ini. Nurhayati mengungkapkan aspek moral yang terdapat dalam novel Sang Guru antara lain: (1) kasih sayang terhadap ibunya dan rekan-rekannya, (2) gaya hidupnya yang bersahaja, (3) ketekunan kerja, (4) kejujuran, (5) tanggung jawab yang dimiliki, (6) serta nilai kehidupan lainnya.
Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh (Linda Arik Biyantari, 2011). Novel ini menggambarkan petualangan di rimba raya oleh sekelompok pengumpul damar yang diburu oleh seekor harimau yang kelaparan. Berhari-hari mereka mencoba menyelamatkan diri mereka. Dan seorang demi seorang antara mereka jatuh jadi korban terkaman harimau. Di sisi lain juga terjadi petualangan dalam diri masing-masing anggota kelompok pengumpul damar ini. Di bawah tekanan ancaman harimau yang terus memburu mereka dalam diri masing-masing, terjadi pula proses refleksi mengenai diri mereka yang mempertinggi kesadaran mereka tentang kekuatan dan kelemahan anggota-anggota kelompok mereka yang lain. Di antara mereka malahan sampai kesadaran bahwa sebelum membunuh harimau-harimau yang memburu mereka, tak kalah pentingnya adalah untuk memburu terlebih dahulu harimau-harimau yang berada dalam diri setiap anak manusia.
b. Novel Karya Wahyu Sujani dalam Penelitian Sebelumnya
Penelitian terhadap novel karya Wahyu Sujani belum ditemukan peneliti, terhadap peneliti-peneliti novel sebelumnya. Oleh karena itu, penulis berinisiatif melakukan penelitian terhadap kajian ini dengan judul Analisis Nilai Moral dalam Novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini tidak mengembangkan penelitian sebelumnya. Namun, penelitian sebelumnya dengan penelitian ini ada persamaan yaitu sama-sama mengkaji aspek moral, dan berbeda berdasarkan fokus dan analisis.
2. Pengertian Nilai Moral
Seperti diketahui kata moral berasal dari kata Latin “mos” yang berarti kebiasaan, kata mos jika akan dijadikan kata keterangan atau kata nama sifat lalu mendapat perubahan pada belakangnya, sehingga kebiasaan jadi moris, dan moral adalah kata nama sifat dari kebiasaan itu, yang semula berbunyi moralis.
Moral menurut Salam (2000: 12) adalah ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-perbuatan manusia (tindakan insani) dengan dasar-dasar yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi manusia.
Adapun moral secara umum mengarah pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, dan sebagainya. Remaja dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran moral yaitu dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis. Remaja yang bermoral dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian atau penalaran moralnya serta pada perilakunya yang baik, benar, dan sesuai dengan etika, Selly Tokan (dalam Asri Budiningsih, 1999: 5).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa moral merupakan ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan mengenai akhlak, budi pekerti, kewajiban, dan sebagainya (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 327).
Moral menurut Darajat (dalam Kamaruddin, 1985: 9) adalah kelakuan yang sesuai ukuran (nilai-nilai) masyarakat yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan (tindakan) tersebut. Tindakan ini haruslah mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak). Demoralisasi berarti kerusakan moral. Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.
b. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai pemutaran manusia (Agus, 2011)
Kata moral selalu mengacu kepada baik buruk manusia. Sikap moral disebut juga moralitas yaitu sikap hati seseorang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih dan hanya moralitaslah yang dapat bernilai secara moral.
Nilai moral dapat diperoleh di dalam nilai moralitas. Moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan dengan hukum atau norma batiniah, yakni dipandang sebagai kewajiban.
Menurut Kohlberg (1977: 5) penalaran atau pemikiran moral merupakan faktor penentu yang melahirkan perilaku moral. Oleh karena itu, untuk menemukan perilaku moral yang sebenarnya dapat ditelusuri melalui penalarannya. Artinya pengukuran moral yang benar tidak sekadar mengamati perilaku moral yang tampak, tetapi harus melihat pada penalaran moral yang mendasari keputusan perilaku tersebut.
Bila dikatakan bahwa karya sastra itu semata-mata tiruan alam, maka dengan sendirinya sastra itu bisa dipandang sebagai sesuatu yang tidak memperjuangkan kebenaran. Dalam kenyataan ukuran kebenaran merupakan ukuran yang sering digunakan dalam menilai suatu karya sastra. Pembaca sering mempertanyakan tentang sesuatu yang diungkapkan pengarang itu mempunyai hubungan dengan kebenaran. Nilai-nilai moral atau lainnya dalam kehidupan sehari-hari, sikap dan tingkah laku tokoh tersebut hanyalah model-model atau sosok yang sengaja ditampilkan pengarang sebagai sikap dan tingkah laku yang baik atau diikuti minimal dicenderungi oleh pembaca.
Dengan demikian aspek moral adalah segala aspek yang menyangkut baik buruknya suatu perbuatan. Dalam hal ini mengenai sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila.
Adapun bentuk-bentuk moral sebagai berikut:
a. Sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum, suka menolong, dan sebagainya (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 498).
Manusia dijadikan Allah swt., dalam bentuk yang tidak hidup sendirian, karena tidak dapat mengusahakan sendiri seluruh keperluan hidupnya baik untuk memperoleh makanan, memperoleh pakaian, dan semuanya. Dengan demikian manusia memerlukan pergaulan dan saling membantu.
b. Akhlak
Secara bahasa kata akhlak jamak dari khuluqin yang diartikan tabiat, kebiasaan, adab. Sedangkan secara istilah adalah sifat yang mantap di dalam diri yang membuat perbuatan, yang dilakukannya baik atau buruk, bagus atau jelek (Islamwiki, 2008).
Oleh karenanya, apabila amal dan pikiran seseorang sholeh (baik) maka sholeh pula diri dan akhlaknya, dan sebaliknya apabila amal dan pikirannya rusak maka rusak pula dirinya dan akhlaknya.
Akhlak dapat dirumuskan sebagai suatu sifat atau sikap kepribadian yang melahirkan tingkah laku perbuatan manusia, dalam usaha membentuk kehidupan yang sempurna berdasarkan kepada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Allah. Dengan kata lain, akhlak ialah suatu sistem yang menilai perbuatan lahir dan batin manusia baik secara individu, kumpulan, dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan baik secara individu, kehidupan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan hewan, dengan malaikat, dengan jin, dan juga dengan alam sekitar.
c. Etika
Istilah etika berasal dari kata Latin: Ethic (us), dalam bahasa Inggris: Ethikos = a body of moral principles or values. Ethic = arti sebenarnya, ialah kebiasaan, habit, custom. Jadi dalam pengertian aslinya, apa yang disebutkan baik itu ialah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (dewasa itu). Lambat laun pengertian etika itu berubah, seperti pengertian sekarang. Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai jahat (Burhanuddin, 2000: 3).
d. Susila
Secara kebahasaan perkataan susila merupakan istilah yang berasal dari bahasa Sansekerta. Su berarti baik atau bagus, sedangkan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Jadi, susila berarti dasar, prinsip, peraturan atau norma hidup yang baik atau bagus.
Selain itu, istilah susila pun mengandung pengertian peraturan hidup yang lebih baik. Istilah susila dapat pula berarti sopan, beradab, dan baik budi bahasanya. Dengan demikian, kesusilaan dengan penambahan awalan ke dan akhiran an sama artinya dengan kesopanan.
3. Bentuk-Bentuk Moral Baik dan Buruk dalam Novel Napas Cinta Para Ahli Doa
Bentuk-bentuk moral baik dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa adalah sebagai berikut:
a. Kesabaran
Kesabaran merupakan sebuah keutamaan yang menghiasi diri seorang mukmin, di mana orang itu mampu mengatasi berbagai kesusahan dan tetap berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan cobaan itu begitu dahsyat (M. Mahmud Abdillah, 2005: 57).
Seorang mukmin harus senantiasa bersabar dan mengharap dengan sangat keridahan Allah serta mencita-citakan untuk mendapat pahala-Nya dan segala apa yang disediakan bagi orang-orang yang sabar.
b. Tawakkal
Seseorang yang memiliki sifat tawakkal akan merasakan ketenangan, ketentraman, dan senantiasa merasa mantap dan opitimis dalam bertindak. Di samping itu, juga akan mendapatkan kekuatan spiritual, serta keperkasaan luar biasa yang dapat mengalahkan segala kekuatan yang bersifat material. Selain itu, juga merasakan kerelaan yang penuh atas segala yang diterimanya, dan selanjutnya akan senantiasa memiliki harapan atas segala yang dikehendaki dan dicita-citakannya.
c. Taat Beribadah
Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) (Abuafif, 2011).
Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya. Karena Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang enggan melaksanakannya dicela. Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah menyucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi.
d. Penolong
Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa hidup sendirian. Meski segalanya telah dimiliki, harta benda yang berlimpah sehingga setiap apa yang diinginkan, maka dengan mudah dapat terpenuhi. Tetapi, jika hidup sendirian tanpa orang lain yang menemani tentu akan kesepian pula. Kebahagiaan pun mungkin tak pernah dirasakan.
Sebagai makhluk sosial manusia pun membutuhkan orang lain. Tak hanya sebagai teman dalam kesendirian, tetapi juga rekan dalam melakukan sesuatu. Entah itu aktivitas ekonomi, sosial, budaya, politik maupun amal perbuatan yang terkait dengan ibadah kepada Tuhan. Di sinilah tercipta hubungan untuk saling tolong menolong antara manusia satu dengan yang lainnya. Saling berbagi terhadap sesama merupakan suatu kebutuhan sebagi manusia. Tolong menolong, saling menghargai, menghormati, dan dapat menjaga perasaan antara yang satu dengan yang lainnya mungkin hidup akan terasa damai (Oktava, 2011).
e. Rajin Bekerja dan Belajar
Dengan bekerja keras seseorang atau setiap manusia akan mendapatkan yang diinginkan meski dalam melakukannya bersusah payah. Tidak hanya bekerja keras yang diutamakan, tetapi juga harus diimbangi dengan rasa ikhlas. Karena dengan rajin bekerja keras dan belajar yang diimbangi dengan rasa ikhlas maka akan terlihat mudah.
Dengan demikian, harus disyukuri dan disadari bahwa kemalasan dan ketidakmauan dalam belajar sama saja menolak anugerah Tuhan yang sangat khas kepada manusia. Kembali ke dalam diri, bahwa kemauan dan kemampuan dalam belajar adalah berhubungan erat dengan pengakuan akan kekurangan atau ketidaksempurnaan diri dan sekaligus kebutuhan untuk menambah, membekali, dan memerlengkapi diri. Orang yang rajin belajar mengakui dirinya belum sempurna dan cukup pintar dan bijak sehingga memaksa dirinya belajar dan belajar. Itulah sebabnya semakin bertambah umur, semakin mapan perekonomian, dan semakin terhormat posisi di masyarakat semakin sulit saja untuk belajar, karena ada godaan yang menganggap diri sudah cukup sempurna. Sebab itu, mahluk yang paling sulit belajar di dunia ini adalah orang yang merasa sudah pandai atau orang yang merasa bodoh/tidak mampu belajar (Herry, 2011).
f. Mampu Mengendalikan Diri
Di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari terdapat nilai dan norma yang berlaku secara umum serta harus dihormati dan dijalankan sebagai warga masyarakat yang baik. Hukum pun ada untuk mengatur warga masyarakatnya secara paksa untuk mengendalikan setiap manusia yang ada di masyarakat tersebut. Dengan pengendalian diri, tidak hanya pahala yang kelak dapat raih. Pengendalian diri membuat seseorang terbiasa menikmati keteraturan hidup, terbiasa taat, dan merasa bahagia ketika mampu menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah subhana wa ta'ala (Abatasa, 2011).
Contoh sikap dan perilaku pengendalian diri:
(1) Dalam keluarga
· Hidup sederhana dan tidak suka pamer harta kekayaan dan kelebihannya.
· Tidak mengganggu ketentraman anggota keluarga lain.
· Tunduk dan taat terhadap aturan serta perintah orang tua.
(2) Dalam masyarakat
· Mencari sahabat sebanyak-banyaknya dan membenci permusuhan.
· Saling menghormati dan menghargai orang lain
· Mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi
g. Penyesalan
Penyesalan adalah suatu perasaan di mana seseorang merasa bersalah/melakukan kesalahan akan sesuatu dan ingin kembali ke masa saat melakukan kesalahan tersebut, dan memperbaikinya pada masa yang telah lalu (Amira Wulandari, 2011).
Penyesalan adalah perasaan yang harus dirasakan dalam hidup. Karena dengan menyesal (bagi yang berfikir), seseorang akan berusaha menjadi lebih baik lagi, dan meminimalisasi kesalahan dalam hidupnya. Belajar dari kesalahan, itulah yang akan seseorang perbuat, setelah merasa menyesal.
Menyesal juga jangan terlalu berlarut-larut. Jangan jadikan kesalahan itu beban yang sulit, tapi jadikan itu tantangan serta uji kesabaran agar diri menjadi lebih baik lagi. Seseorang akan berpikir, lalu melakukan perenungan, kemudian timbullah tekad untuk menjadi lebih baik lagi. Insya Allah, jika tekad dan usaha itu baik, maka orang tersebut akan bisa mendapatkan kebaikan yang haqiqi.
Bentuk-bentuk moral buruk dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa adalah sebagai berikut:
a. Intrik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia intrik adalah penyebar kabar bohong yang sengaja dilakukan untuk menjatuhkan pihak lawan (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 188). Perbuatan intrik atau mengadu domba seseorang sangat dibenci oleh Allah swt.
b. Konflik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konflik adalah suatu pertentangan atau percekcokan (Suharso dan Ana Retroningsih, 2009: 260). Konflik merupakan sesuatu yang buruk dan sangat merugikan bagi seseorang apabila terus terjadi, dan merupakan sesuatu yang terjadi akibat kurangnya kepercayaan seseorang kepada orang lain.
c. Bohong
Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain atau tidak cocok dengan keadaan yang sebenarnya, seperti dusta dan palsu (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 92). Jadi apabila tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu dikatakan orang yang munafik. Contoh bohong dalam keseharian yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak kecil itu mengatakan tempat yang tidak habis dikunjunginya.


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Untuk memudahkan memperoleh data dan kesimpulan secara objektif tentang nilai-nilai moral dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani, maka langkah yang ditempuh penulis adalah mengadakan studi kepustakaan yang mengidentifkasi pemilihan dan perumusan masalah, menyelidiki variabel-variabel yang relevan melalui telaah kepustakaan.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau menuliskan keadaan subyek atau non-objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain).
Pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan moral. Langkah yang dilakukan adalah menganalisis teks sastra (novel) untuk menemukan permasalahan yang berhubungan dengan nilai moral yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani.

B. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dalam penelitian ini adalah nilai moral yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani, yaitu nilai moral yang baik dan nilai moral yang buruk. Moral baik yaitu: (1) kesabaran, (2) tawakkal, (3) taat beribadah, (4) penolong, (5) rajin bekerja dan belajar, (6) mampu mengendalikan diri, dan (7) penyesalan. Moral buruk yaitu: (1) intrik, (2) konflik, dan (3) bohong.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah novel Napas Cinta Para Ahli Doa Penerbit Diva Press Cetakan Pertama tahun 2010 dengan jumlah halaman 378, dan tempat terbitnya di Banguntapan Jogjakarta. Dipilihnya novel karya Wahyu Sujani didasari atas alasan sebagai berikut:
a. Novel karya Wahyu Sujani belum pernah dilakukan oleh peneliti-peniliti lain, maka peneliti berinisiatif menganalisis novel Napas Cinta Para Ahli Doa.
b. Novel Napas Cinta Para Ahli Doa menggambarkan tentang fenomena yang sering terjadi di masyarakat, sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang novel tersebut.
c. Novel Napas Cinta Para Ahli Doa memiliki banyak pesan-pesan moral baik yang dapat dipetik hikmahnya.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai nilai-nilai moral yaitu dengan melakukan penulisan pustaka (percetakan). Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Membaca novel Napas Cinta Para Ahli Doa secara keseluruhan.
2. Memahami isi novel yang telah dibaca dan berkaitan erat dengan masalah moral.
3. Menganalisis paragraf demi paragraf, bab demi bab, dan melakukan pengklasifikasian.
4. Mengelompokkan data yang di dalamnya mengandung nilai-nilai moral.
D. Teknik Analisis Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan maka data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan nilai moral yang dijadikan acuan penelitian meliputi.
1. Menelaah seluruh data yang telah diperoleh berupa nilai Moral dalam Novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani.
2. Mereduksi dan mengaitkan data tertulis berupa nilai moral, selanjutnya dikutip untuk memperkuat analisis data.
3. Apabila hasil penelitian ini sudah akurat serta data yang dibutuhkan telah lengkap maka penelitian ini telah dianggap berakhir.

BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan secara rinci hasil penelitian terhadap novel Napas Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani, dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini akan dikemukakan beberapa data yang diperoleh sebagai bukti hasil penelitian. Data yang akan disajikan pada bagian ini adalah data yang memuat aspek-aspek moral sebagai salah satu unsur pembentuk novel tersebut. Berdasarkan pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis novel Napas Cinta Para Ahli Doa, maka diharapkan dapat mengungkapkan aspek moral secara terperinci dan jelas. Aspek moral yang dimaksud yaitu aspek moral baik yang terdiri dari kesabaran, tawakkal, taat beribadah, penolong, rajin bekerja dan belajar, mampu mengendalikan diri, dan penyesalan. Sedangkan moral buruk yang dikaji terdiri dari intrik, konflik, dan bohong. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat analisis, berikut akan dikutipkan beberapa isi novel.
1. Moral Baik
Moral yang baik adalah sikap atau tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang. Adapun moral baik dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa yaitu kesabaran, tawakkal, taat beribadah, penolong, rajin bekerja dan belajar, mampu mengendalikan diri, dan penyesalan.
a. Kesabaran

Kesabaran adalah sebuah keutamaan yang menghiasi diri seorang mukmin, di mana seseorang mampu mengatasi berbagai kesusahan dan tetap berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan cobaan itu begitu dahsyat.
Nilai kesabaran dapat dilihat pada sikap sabar yang dimiliki oleh Alzena terhadap kekasihnya. Alzena masih terus bersabar atas penghinaan dan keegoisan yang dilakukan oleh Babeh kekasihnya, Alzena pun terus berusaha menahan kesabarannya untuk tidak membencinya. Selain Alzena, sikap kesabaran juga dimiliki oleh April. April terus berusaha menahan rasa sakit hatinya tentang sikap yang dilakukan oleh Handi yang secara tiba-tiba memutuskan jalinan cintanya. Dengan demikian, April masih cukup profesional sebagai seorang pemimpin. Olehnya itu, April tetap berusaha tegar dalam menghadapi permasalahan. Sebagaimana uraian berikut mengenai sifat kesabaran yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa.
“Saya takut Bang Widianto terluka hatinya setelah pernah saya dengar dulunya dia selalu tersakiti oleh kaum hawa. Tak menutupi, saya pun dapat merasakan aura cintanya dia pada saya, Nona. Apakah dia khilaf berani melakukan tu pada saya ataukah sengaja?”
“Dia melakukannya dengan sadar. Jadi, bukan sebuah kekhilafan, Nona. Walaupun saya dekat pula dengannya, bahkan dia pernah berjasah pada saya, tapi mendengar cerita Nona Shira saya jadi kesal juga. Sekarang yang jadi masalah Nona Alzena apa? Bingungkah bagaimana caranya memutuskan hubungan kalian itu?
“Jujur, ya. Ada pula rasa sayang saya padanya, tapi hati ni jadi tak mau punya calon suami laiknya dia, Nona. (NCPAD: 67)
“Bang, dengar. Kalaulah Abang nak marahi saya., saya ikhlas. Tapi, janganlah sekali-sekali Abang sertakan pula penampilan saya. Dan, harusnya Abang ni merenung. Saya ni bukan perempuan murahan yang bisa seenaknya Abang sentuh, sekalipun sedang tertidur. Baik, kita jujur sekarang, kenapa sikap saya jadi berubah. Tercabar pula hati saya ‘tuk ungkapkan. Semua karena Abang pula. Semula sudah saya ni berusaha ‘tuk bisa mencintai Abang, tapi sejak peristiwa tu berpaling hati saya. Saya tak benci karena agama melarang kita saling benci. Tapi, saya marah dengan sikap licik Abang tu…!” (NCPAD: 120)
Banyak dia tak paham kesibukan saya. Saya coba bertahan dalam kesabaran, namun ternyata tak jelma jadi pengertian. Bingung saya ni, Bang. Apa yang harus saya lakukan lagi jika semua sudah seperti tu? Jikalah Abang dalam posisi saya, apa yang nak Abang lakukan? Masih nak coba tahankah jalinan cinta sebelah tangan tu?” (NCPAD: 123)
Sebisa mungkin, ia menahan sakit hatinya atas keputusan Handi dalam surat itu. Bagaimanapun juga, sebagai pimpinan, ia harus profesional. Urusan pribadi biar dikesampingkan dulu karena rapat itu menyangkut masa depan bank tempatnya bekerja. (NCPAD: 92)
Berdasarkan uraian di atas, maka seorang mukmin harus senantiasa bersabar dan mengharap dengat sangat keridhan Allah swt., serta mencita-citakan untuk mendapat pahala-Nya dan segala sesuatu yang disediakan bagi orang-orang yang sabar.
b. Tawakkal
Seseorang yang memiliki sifat tawakkal akan merasakan ketenangan, ketentraman, dan senantiasa merasa mantap dan optimis dalam bertindak. Di samping itu, juga akan mendapatkan kekuatan spiritual, serta keperkasaan luar biasa yang dapat mengalahkan segala kekuatan yang bersifat material. Juga merasakan kerelaan yang penuh atas segala yang dikehendaki dan dicita-citakannya.
Tokoh Fikri dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa yang memiliki sifat tawakkal yang selalu berdoa kepada Allah swt., atas segala permasalahan yang ada dalam pikirannya. Sementara itu, terlihat pula sifat tawakkal oleh Shira atas kecelakaan yang menimpanya, dan yang menyakitkan ketika Shira mengetahui bahwa rahim dan janinnya sudah dioperasi akibat kecelakaan tersebut. Walaupun bencana itu datang bertubi-tubi tetapi Shira tetap berserah diri kepada Allah swt., atas musibah yang kian menimpanya. Uraian berikut mengenai sifat tawakkal yang dimiliki oleh Fikri dan Shira.
“Allahu Karim…, hilangkan kesesakan dalam dadaku yang muncul tiba-tiba karena ingat istriku. Tenangkanlah hatiku. Jika ini sebuah firasat buruk, kuatkanlah aku saat menemuinya nanti. Tetapkanlah hatiku untuk selalu bersyukur atas apa pun yang Kau limpahkan kepadaku…
“Demi kemuliaan malam yang Kau ciptakan, buatlah istriku tenang dan damai di sana serta biasa melewati segala permasalahan yang dihadapinya. Kaulah pelindung yang sejati, maka lindungilah dia nama cinta-Mu yang suci. (NCPAD: 370)
Setelah bicara dengan orang tuanya dalam bahasa Perancis, Shira menangis lagi. Alzena berusaha menenangkannya. Walau Shira bicara seperti itu, tapi sejujurnya hatinya amat sesak karena takut. Tak terhitug Fikri selalu mengigatkan untuk menjaga diri dan kesehatannya agar bayi dalam kandungannya lahir dalam keadaan sehat. Setip kali soal itu dibahas, selalu membuat suaminya itu ceria. Tapi, bagaimana dengan kejadian itu?
“Ya Allah…, Kau Maha Pengasih dan Penyayang. Apa yang terjadi padaku adalah kehendak-Mu. Aku percaya, di balik semua ini ada hikmah besar yang tersembunyi. Tapi, tolong tabahkan hatiku agar tidak berpaling dari-Mu. Aku dan suamiku amat mendambakan kehadiran seorang anak, tapi Kau ambil lagi. Kami tidak bisa menahannya karena Engkau-lah yang berkuasa atas segala sesuatu… (NCPAD: 372-373)
Berdasarkan uraian di atas, maka perbuatan yang dilakukan oleh Fikri dan Shira merupakan perbuatan yang dapat diteladani karena setiap masalah yang dihadapi oleh Fikri dan Shira tetap bertawakkal kepada Allah swt. Kendati pun, Allah tidak menginginkan bahwa manusia harus selalu bertawakkal, tetapi adakalanya sebelum bertawakkal harus senantiasa dimulai dengan usaha terlebih dahulu.
c. Taat Beribadah
Ibadah di dalam syariat Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya, karena Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang enggan melaksanakannya dicela. Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah menyucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkat ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi.
Dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa sikap taat beribadah oleh Leni dan Asma, ketika mereka hendak melaksanakan shalat qiyamul lail dan shalat thara untuk memohon petunjuk kepada Allah swt., atas masalah yang dihadapi. Begitu pula dengan Asma sahabat Leni yang selalu melaksanakan shalat qiyamul lail untuk segera mendapatkan jodoh. Selain Leni dan Asma, Fikri juga merupakan sosok yang taat beribadah kepada Allah, ditunjukkan ketika Fikri dan istrinya Shira sering melaksanakan shalat qiyamul lail, dan selalu berdoa ketika sedang mengalami masalah maupun tidak ada masalah untuk memohon petunjuk dari Allah swt., agar tetap berada pada jalan yang diridhai oleh Allah swt. Kutipan berikut menggambarkan sosok tokoh dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa yang taat beribadah.
Leni menoleh, tertawa geli. “Iyalah kalau begitu mah”, katanya, seraya melirik jam tanggannya. Jarum jam sudah jatuh di angka setengah dua dini hari. Udara semakin mencucuk tulang, namun sama sekali tidak ada rasa kantuk di matanya. “Aku belum shalat malam. Kamu mau shalat juga, As?” Tanyanya kemudian.
“Yuk. Kebetulan aku sedang punya hajat”.
Leni tersenyum geli. “Hajat apa kalau boleh kutahu?”
Asma mendekatkan mulutnya ke telinga Leni yang tersembunyi di balik kerudung merahnya. “Minta jodoh”. (NCPAD: 15)
Puas Leni memperhatikan tulisan pasir indah itu, lalu ke kamar mandi mengambil air wudhu. Shalat istikhrah pun dilakukan untuk meminta jawaban kepada Sang Maha Memberi Petunjuk, hingga ia tertidur dengan tangan masih memegang tasbih kesayangannya. (NCPAD: 341)
Di sepertiga malam itu, seketika ingatan Fikri jatuh kepada Shira. Kalau sedang di rumah, di waktu-waktu seperti itu, ia selalu membangunkan istrinya atau sebaliknya ia yang dibangunkan istrinya untuk qiyamul lail bersama-sama. Indah nian hidup berumah tangga, apalagi beristrikan perempuan shalihah seperti yang dimilikinya sekarang. (NCPAD: 367)
Fikri geleng-geleng kepala tak mau ia menodai pikirannya yang hanya untuk istrinya. Akhirnya, ia meninggalkan ruang pameran, kembali ke penginapannya, lalu ia shalat dua rakaat, berharap tidak terjadi sesuatu dengan istrinya karena hatinya mendadak gelisah sendiri. Doa pun melirih dari bibirnya, sehingga malam pun seakan meresapinya sampai-sampai tak terdengar lagi derik binatang yang selalu bersuara di waktunya. (NCPAD: 369)
Kutipan-kutipan tersebut memuat nilai-nilai ibadah yang dilakukan oleh Leni, Asma, Fikri, dan Shira. Keempat tokoh ini senantiasa taat beribadah kepada Allah swt., ditunjukkan ketika melaksanakan shalat qiyammul lail dan shalat tharah. Ibadah di dalam syariat islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya. Karena Allah menciptakan jin dan manusia untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.
d. Penolong
Sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian. Meski segalanya telah dimiliki, harta benda yang berlimpah sehingga setiap yang telah diinginkan maka dengan mudah dapat terpenuhi, tetapi jika hidup sendirian tanpa orang lain yang menemani tentu akan kesepian pula. Kebahagiaan pun tak pernah dirasakan. Seperti yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa tentang sifat penolong yang dimiliki oleh Fikri ketika sedang menolong wanita yang hendak dianiaya oleh suaminya. Walaupun Fikri belum mengenal wanita itu tetapi karena ketulusan hatinya maka Fikri akan menolong wanita tersebut. Fikri sedang berusaha menasehati suami Diana yang sedang memegang golok seakan-akan ingin membunuh istrinya. Tetapi Fikri tetap berusaha untuk menenangkan situasi agar permasalahan antara keduanya dapat terselesaikan dengan baik.
Tambahan lagi, Fikri yang sudah berusaha keras untuk menasehati suami Diana yang ingin membunuhnya, tetapi suami Diana tetap tidak bisa menahan amarahnya. Sampai akhirnya, Fikri berpura-pura memanggil polisi agar situasi bisa menjadi aman. Fikri dan teman-temannya kembali menunjukkan sifat penolongnya ketika mengantarkan Diana ke rumah temannya di Pangadaran karena Diana tidak ingin kembali ke rumahnya karena takut mendapatkan perlakuan kasar oleh suaminya. Sifat penolong Fikri belum cukup sampai di situ. Sampai akhirnya, Fikri berusaha kembali untuk menolong Diana yang sedang kesusahan karena teman yang dicarinya tidak dapat ditemukan. Akhirnya Fikri mengajak Diana untuk ikut dengannya menggelar sebuah pameran, karena Diana tidak mempunyai lagi keluarga untuk ditinggali. Kutipan berikut akan menjelaskan mengenai sifat penolong yang dimiliki oleh tokoh Fikri.
“Jelaskan. Ada apa sebenarnya? Apa yang bisa saya bantu untuk menolong Mbak? Kalau bisa, Insya Allah saya bantu. Perempuan itu menatap fikri sesaat. Fikri kerutkan dahi kasihan melihat keadaannya. Pakaiannya selain sobek sedikit juga basah kuyup, hingga rambutnya klimis awut-awutan. Wajahnya pun yang sedikit lebam dan berkeringat agak kotor. (NCPAD: 219)
“Mas buat apa golok itu? Buat cincang istri Mas yang cantik ini, ya? Sayang. Kalau nanti dia mati, Mas ngak bisa tidur lagi bersamanya. Mas juga pasti akan kedinginan di penjara. Lumayan lho, hukumannya lama. Sahabat saya saja, walau cuma seminggu di penjara gara-gara kena fitnah, langsung taubat. Katanya, lebih baik mati daripada harus masuk penjara. Sehari seperti setahun. Kalau saya jadi Mas, lebih baik damai sama istri. Kan dapat pahala, tuh?. (NCPAD: 221)
Fikri berdiri, lalu menghampiri Dudung. “Belum, sih. Itu kata teman saya. Demi Allah, saya tidak bohong. Kalu Mas mau masuk penjara, ya silahkan saja bunuh istri Mas. Tapi, sepertinya kita nggak bisa tinggal diam melihat kezhaliman di depan mata kita. Kalau kami semua mati di tangan Mas sama golok itu, wah, hukuman Mas bisa lebih berat lagi. Bisa jadi seumur hidup atau mungkin di hukum mati dengan tuduhan pembantaian direncanakan”. (NCPAD: 221)
“Maaf…, boleh kan saya ikut kalian?”
Semua saling pandang. Fikri garuk-garuk kening bingung. “Demi Allah, tolong saya. Bawa saya ke Pangadaran. Saya punya teman kerja di Hotel Nusantra. Semantara waktu, saya mau tinggal dulu di kontrakannya. Saya masih takut dengan suami saya…,” kembali, Diana memohon. Fikri menoleh kepada Jajang, Nana, dan Andriana seakan minta pendapat. “Kang, ibadah…,” kata Nana merasa kasihan kepada Diana. “Ya sudah. Tapi, di sana kami tidak bisa menemani Mbak Diana lama-lama karena saya ke Pangadaran bukan untuk piknik,” akhirnya kata Fikri. (NCPAD: 224)
“Ya. Kamu Benar. Kalau kamu ingin ikut denganku, aku perbolehkan. Tapi, nanti jika keadaanmu sudah tenang, temui suamimu. Jika benar kamu ingin mengugat cerai, lakukanlah segera. Tapi sekiranya masih bisa dipertahankan, itu lebih baik lagi”. (NCPAD: 230)
Kutipan-kutipan di atas menggambarkan tentang perilaku yang perlu diteladani yaitu sifat berjiwa sosial atau sifat penolong terhadap sesama manusia yang ditunjukkan oleh tokoh Fikri dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa. Sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan orang lain. Tak hanya sebagai teman dalam kesendirian, tetapi juga rekan dalam melakukan sesuatu.
e. Rajin Bekerja dan Belajar
Dengan bekerja keras seseorang atau setiap manusia akan mendapatkan yang diinginkan meski dalam melakukannya bersusah payah. Tidak hanya bekerja keras yang diutamakan, tetapi juga harus diimbangi dengan rasa ikhlas. Karena dengan rajin bekerja keras dan belajar yang diimbangi dengan rasa ikhlas maka akan terlihat mudah.
Tokoh Fikri dan Shira yang digambarkan dalam novel, sedang berusaha keras untuk mengembangkan usahanya. Fikri sedang sibuk menghitung pengeluaran dan pemasukan hasil penjualan lukisanya. Sedangkan Shira sedang sibuk belajar untuk memersiapkan tes kepada siswa bimbingannya. Selain sifat rajin belajar yang dimilki, Shira pun sangat rajin bekerja. Walaupun sebenarnya Shira anak orang kaya, tetapi bukan anak yang manja, sehingga Shira mendapatkan nilai plus bagi kehidupan rumah tangganya setelah menikah karena Shira merupakan sosok perempuan yang rajin dan pandai dalam memasak.
Selain rajin bekerja, Fikri juga rajin belajar dan membaca buku-buku agama, bahkan Fikri selalu mengamalkan pengetahuannya kepada orang banyak, seperti berceramah di masjid. Uraian berikut sangat memperjelas mengenai sikap rajin bekerja dan belajar yang ditunjukkan oleh Fikri dan shira dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa.
Derik binatang selalu terdengar sesekali diselingi gemerisik dedaunan yang disapa lembut angin malam. Waktu sudah jatuh di angka setengah dua belas mendekati tengah malam. Tapi, Fikri dan Shira belum juga tertidur. Mereka masih berkuat dengan pekerjaan masing-masing. Fikri sedang mengkalkulasi pemasukan dan modal penjualan kerajinanannya, sementara Shira sedang berkutat dengan notebook-nya mengetik soal untuk siswa di tempat bimbelnya. (NCPAD: 46)
Walaupun Shira anak tunggal dari pasangan keluarga kaya, tapi ia bukan anak manja yang tidak bisa masak. Sejak tinggal di Indonesia, sudah terbiasa ia hidup mandiri. Dan, kemandiriannya itu ternyata memberikan nilai plus bagi kehidupan rumah tangganya. Setiap hari, setelah menikah, menu makan selalu berbeda-beda. (NCPAD: 70)
Sambil tersenyum, Shira kembali ke kamar untuk memanggil Fikri yang sedari subuh tadi hingga langit terang masih asyik membaca buku kisah-kisah teladan terjemahan dari kitab Hikayat ash-Shuffiyah karya Syekh Muhammad al-Yusr Abidin untuk referensi dakwahnya. Kebetulan, nanti siang kebagian jadwal di Masjid Ulul Ilmu di bekas kampusnya sendiri. (NPAD: 71)
Sedari siang sampai menjelang maghrib, Fikri masih berkutat dengan lukisan pasir terbarunya. Dua motif abstrak, background untuk kaligrafinya, sudah terbentuk dari pasir halus. Setelah pasir diangin-anginkan, ia mulai membuat sketsa gambarnya di kertas dupleks. Keringat dingin mengucur dari keningnya karena saking seriusnya. Jika sedikit saja salah menggores, maka objek akan rusak. Demikian ia lakukan pekerjaan itu hingga dua lukisan itu hampir selesai. (NCPAD: 135)
Uraian-uraian di atas menggambarkan sikap rajin bekerja dan belajar yang dilakukan oleh Fikri dan Shira. Segala usaha yang dikerjakan dapat membuahkan hasil walaupun dalam mengerjakannya berawal dari kesusahan atau kerja keras, tetapi karena keikhlasan dalam bekerja dan belajar maka akan bernilai ibadah disisi Allah swt.
f. Mampu Mengendalikan Diri
Di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari terdapat nilai dan norma yang berlaku secara umum serta harus dihormati dan dijalankan sebagai warga masyarakat yang baik. Hukum pun ada untuk mengatur warga masyarakatnya secara paksa untuk mengendalikan setiap manusia yang ada di masyarakat tersebut.
Sikap mampu mengendalikan diri, dimiliki oleh Handi hal ini terlihat ketika berselisih dengan April yang disebabkan karena Handi masih sering mengingat masa lalunya, tapi sebisa mungkin Handi berusaha untuk menenangkan diri agar situasi yang terjadi antara keduanya tidak berkepanjangan. Handi berusaha untuk membujuk kekasihnya akibat pertengkaran yang terjadi, sampai keduanya merasa lebih tenang. Selain Handi, sifat pengendalian diri juga dimiliki oleh Fikri. Fikri berusaha menahan emosinya dan sekali berucap istighfar ketika perselisihan yang terjadi dengan istrinya yang disebabkan foto-foto mesrah istrinya dengan lelaki lain. Fikri terus berusaha menenangkan diri agar masalah yang terjadi padanya dapat terselesaikan secara baik, tanpa adanya perasaan marah. Berikut beberapa contoh kutipan tentang sifat pengendalian diri yang patut diamalkan, baik dalam kehidupan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
Jadi, mohon jangan mulai lagi pertengkaran kita. Kita sudah sama-sama dewasa dan bisa menyikapinya dengan bijak, ucap Handi, tetap tenang karena memang karakternya demikian. “Justru kita ini sudah dewasa mesti bisa tahu diri posisi masing-masing. Aku tidak mau hubungan kita retak karena terus dibayang-bayangi masa lalumu. Buanglah dari fantasimu Leni, sayang. Aku hadir buatmu. Aku siap memenuhi keinginanmu, apa pun itu asalkan kau bisa mengerti juga perasaanku. Lihat Alan. Dia begitu dekat denganmu. Dia amat membutuhkan karakter seorang ayah sepertimu yang penyayang. Kalau bukan karena Alan, tidak mungkin aku mengemis-ngemis padamu”. (NCPAD: 82)
Untuk itu, kau jangan membesarkan api asmaraku lagi padanya membahas hal seperti ini lagi. Setiap kali kau marah, selalu dikaitkan dengan Leni. Jika terus demikian, sampai kapan aku bisa melupakan dia? Aku sadar posisiku sekarang. Dan, kamu jangan khawatir, sampai detik ini aku sedang terus belajar untuk bisa membuatmu bahagia. Karena aku pun lelah berada dalam kesengsaraan batin terus”.
“Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?”
“Maksud kamu?”
“Untuk membuat hubungan kita lebih baik lagi?”
“Seperti kataku, aku masih belajar. Sedang mencari kuncinya hingga kamu bisa nyaman saat bersamaku, begitu sebaliknya, aku nyaman bersamamu,” lirih Handi kemudian, berusaha meredakan kekesalan janda cantik beranak satu yang jadi kekasihnya itu. (NCPAD: 83)
Fikri mendesah berat. Hatinya masih kesal kepada istrinya itu karena foto-foto yang ia temukan di meja ruang tamu ketika baru pulang dari galeri kemarin sore. Kalau saja ia tidak bisa menahan emosinya, sore itu juga ia sudah menunggu Shira pulang, lalu menanyainya habis-habisan. Ia merasa dilecehkan. Ia merasa dikhianati. Ia marah karena tubuh istrinya itu sudah dipeluk lelaki lain. Perih matanya melihat foto-foto mesrah itu. Tapi, hatinyalah yang lebih perih. Menyesal ia sudah mengisinkan Shira pergi ke Tangkuban Perahu. Sekali, ia mengusap wajahnya sambil mengucap istighfar, lalu ia berucap pelan, “Ya. Aku pulang”. (NCPAD: 207)
“Sebagai istri, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan agar keutuhan rumah tangga ini terjaga selamanya”.
“Kau imamku, Fikri…, bimbing aku…”
Fikri menghela napas dalam-dalam. Panas dalam dadanya ia tahan-tahan agar emosinya tidak meledak lagi sambil terucap istighfar. Setelah bisa menguasai keadaan, ia pun duduk di samping istrinya dan bicara lebih pelan. (NCPAD: 210)
Kutipan-kutipan di atas menggambarkan tentang sifat pengendalian diri yang dimiliki oleh Handi dan Fikri. Di dalam kehidupan keluarga maupun lingkungan masyarakat perlu adanya sifat pengendalian diri yang dimiliki oleh setiap individu, dimaksudkan agar setiap permasalahan yang terjadi dapat terselesaikan dengan baik. Seperti sikap yang dilakukan oleh Handi pada kekasihnya dan Fikri kepada istrinya ketika sedang mengalami percekcokan, maka dengan cepat mengucapkan istighfar, agar masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik.
g. Penyesalan
Penyesalan adalah perasaan yang harus dirasakan dalam hidup. Karena dengan menyesal (bagi yang berpikir), seseorang akan berusaha menjadi lebih baik lagi, dan meminimalisasi kesalahan dalam hidupnya. Belajar dari kesalahan, itulah yang akan seseorang perbuat setelah menyesal. Rasa menyesal adalah rasa yang wajib dirasakan.
Menyesal juga jangan berlarut-larut. Jangan dijadikan kesalahan itu beban yang sulit, tapi jadikanlah tantangan serta uji kesabaran agar diri menjadi lebih baik lagi. Seseorang akan berpikir, lalu melakukan perenungan, kemudian timbullah tekad untuk menjadi lebih baik lagi. Insya Allah, jika tekad dan usaha itu baik, maka orang tersebut akan bisa mendapatkan kebaikan yang haqiqi.
Sifat menyesal dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa terlihat pada tokoh Leni yang merasa sangat menyesal karena ketika hendak dilamar oleh Fikri, Leni malah menolaknya, dan katanya ingin mencari cinta sejatinya. Leni semakin menyesali perbuatan yang pernah dilakukan. Sampai akhirnya, Leni merasa putus asa untuk menemui Fikri mantan kekasihnya. Penyesalan yang dilakukan oleh Leni, juga tidak boleh dilakukan secara berlarut-larut, karena dapat menjadikan sakit hati. Harus diyakini bahwasanya takdir dan jodoh sudah ditetapkan oleh Allah swt. Lain halnya dengan Ghofar yang merasa sangat menyesal atas dosa-dosa yang pernah diperbuatnya. Ghofar sangat menyesali atas perbuatan dosa ketika menjadi seorang preman. Sampai akhirnya, Ghofar bertaubat untuk memohon ampun kepada Allah atas perbuatannya, karena sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha penyayang. Kutipan berikut yang dapat mengajak untuk senantiasa menyesali perbuatan dosa yang pernah dilakukakan.
Kenapa dulu ketika Fikri datang ke rumahya dengan tujuan ingin mengkhitbahnya, ia malah keras kepala merasa yakin bisa menemukan cinta sejatinya dalam waktu yang singkat, hingga menolaknya dan pergi ke Jombang ketika lelaki itu masih berada di hadapannya. Haruskah ia ditakdirkan untuk hidup dalam sakit hati berkepanjangan karena kebodohannya sendiri? (NCPAD: 249)
“Aku tidak tahu, Git. Kota ini banyak menyimpan kenangan buatku. Aku merasa betah di sini. Tapi, mungkin takdir bicara kalau aku memaksakan diri tinggal di kota ini, hanya luka yang aku dapati. Aku senang mendengar Fikri sudah memiliki istri yang sangat cantik dan menyayanginya. Tapi, apakah aku akan kuat jika suatu hari nanti melihat mereka berduaan dengan mesranya? Biar aku nikmati cinta ini sendirian saja, Git. (NCPAD: 265)
“Saya…saya ingin taubat. Tapi kalau saya taubat, berarti saya harus berhenti melakukan pungutan liar. Kalau berhenti, saya…saya tidak akan punya uang. Istri dan anak saya pasti kelaparan, Kang…,” baru Ghofar bersuara, walau tersekat. (NCPAD: 307)
“Ya. Demi Allah, saya akan bertaubat. Ajari saya untuk bertaubat…,” Ghoffar bicara tegas.
“Kang, untuk bertaubat itu tidak perlu diajari. Tapi harus timbul dari dalam hati sendiri. Niat,” jawab Irul. Ghofar kurang percaya hingga menoleh kepada fikri. Fikri anggukkan kepala sambil tersenyum.
Ghofar langsung tercenung dengan wajah yang mendadak sedih. “Kenapa Kang Ghofar?” tegur Irul. Saya ini bejat. Banyak sekali dosa besar yang pernah saya lakukan… Apakah …apakah dosa-dosa saya yang tidak terhitung itu akan diampuni oleh Allah?” (NCPAD: 309)
Kutipan-kutipan di atas menggambarkan sosok tokoh dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa yang merasa sangat menyesal. Seperti tokoh Leni yang terus menyesal ketika mengingat masa lalunya dengan mantan kekasihnya. Seakan-akan masa lalu yang pernah dialaminya ingin terulang kembali. Selain Leni, Ghofar juga merasa sangat menyesal atas perbuatan dosa yang pernah dilakukan dan berniat untuk tidak mengulangi lagi kejahatan yang pernah dilakukan, dan kembali ke jalan yang diridhai oleh Allah swt. Belajar dari kesalahan, itulah yang seseorang perbuat setelah menyesal.
2. Moral Buruk
Moral buruk merupakan segala sikap atau tingkah laku tercela yang dapat merusak iman seseorang serta menjatuhkan martabat manusia. Adapun moral buruk dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa yaitu intrik, konflik, dan bohong.
a. Intrik
Intrik adalah penyebar kabar bohong yang sengaja dilakukan untuk menjatuhkan pihak lawan. Perbuatan intrik atau mengadu domba seseorang sangat dibenci oleh Allah swt.
Intrik selalu ada di setiap komunitas di manapun berada, bahkan di lembaga keagamaan yang katanya menjunjung tinggi nilai etika ataupun di dunia kampus yang katanya menjunjung tinggi profesionalitas dan objektivitas. Intrik lebih banyak terjadi karena berbagai motif utama yang biasannya terkait tahta, harta, wanita/gender.
Sebagaimana gambaran dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa mengenai sifat intrik yang dilakukan oleh orang-orang jahat yang ingin menjatuhkan popularitas Shira dan Jo. Orang tersebut berniat ingin manjatuhkan nama baik Shira dengan mengambil gambar Shira dan Jo kemudian menyebarkannya. Foto Shira dan Jo kemudian ditempelkan di mading kantornya sampai semua orang yang berada di kantor pagi itu melihatnya. Akhirnya Shira dan temannya mulai curiga kepada ibu Hainun yang melakukan semua perbuatan jahat itu kepadanya. Kecurigaan itu disebabkan karena pada saat pemilihan ketua di kantor itu, bu Hainun memang menjadi saingan Jo. Uraian berikut menggambarkan sifat intrik yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa.
Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang membidikkan kameranya ke arah mereka. Yang difokuskan hanya ke arah Shira dan Jo saja. Begitu gambar didapatnya, ia tersenyum penuh rencana. Dan, lebih tersenyum lagi ketika berhasil mengambil gambar saat Shira menggelayutkan tangan di leher Jo karena hampir terjatuh di turunan terjal itu. (NCPAD: 173)
“Ada apa, Ra? Tumben wajahnya galak amat?”
“Kamu lihat foto di mading itu? Siapa orang yang nggak punya kerjaan ngambil foto kita itu? Atau, itu rencana kamu?”
Jo semakin heran. Ia memang sudah melihat foto itu. Sempat terkejut juga, tapi tidak semarah Shira. Bahkan, ia sudah meminta salah satu pegawainya untuk mencopotnya dari mading. Tapi, ternyata belum dikerjakan juga, hingga dilihat teman-temannya. (NCPAD: 174)
Shira geleng-geleng kepala penuh kesal. “Saya jadi su’uzhan. Jangan-jangan foto di Tangkuban Perahu itu benar rekayasa si Jo. Menurut Bu Lina bagaimana?”
Kalau soal itu saya tidak bisa memastikan. Tapi, rasanya tidak mungkin, Bu Shira. Bisa saja benar ulah Bu Hainun”. Tambah lagi masalah. Rasanya saya mungkin gerah berada di sini, Bu”. (NCPAD: 344)
Kutipan-kutipan tersebut merupakan gambaran intrik yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa, yang terkadang membuat iman para tokoh dalam novel menjadi goyah. Namun dengan qalam-qalam ilahi yang terus diucapkan, maka segala permasalahan yang dialaminya dapat terselesaikan dengan baik.
b. Konflik
konflik adalah suatu pertentangan atau percekcokan. Konflik merupakan sesuatu yang buruk dan sangat merugikan bagi seseorang apabila terus terjadi, dan merupakan sesuatu yang terjadi akibat kurangnya kepercayaan seseorang kepada orang lain.
Dalam novel ini terlihat konflik yang terjadi antara Babeh dan Nurdin. Percekcokan yang terjadi antara keduanya disebabkan karena Babeh ingin memperkosa Leni mantan kekasih Fikri, tetapi usaha Babeh berhasil dicegah oleh Nurdin, dan perkelahian pun terjadi antara keduanya. Sementara itu, Babeh mengusir Nurdin pergi dari galeri dan melarangnya untuk bekerja lagi. Perbuatan yang dilakukan oleh Babeh sangat tidak terpuji dan sangat dibenci oleh Allah swt. Selain konflik yang terjadi antara Babeh dan Nurdin, pun terjadi antara preman yang bernama Ghofar dengan teman-teman Fikri. Konflik tersebut diakibatkan karena Ghofar merupakan orang sewaan suami Diana yang ingin mengambil Diana secara paksa. Tapi, teman-teman Fikri berusaha mencegah perbuatan Ghofar dan akhirnya pun terjadi perkelahian. Konflik yang terjadi semakin memuncak ketika orang-orang di sekelilingnya terutama para pedagang yang merasa kesal dan dendam terhadap kelakuan Ghofar yang sering memajak para pedagang, juga ikut melempari preman-preman tersebut dan kerusuhan pun terjadi. Uraian berikut merupakan penggambaran konflik yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa.
Babeh mendelik marah. Ia langsung balas memukul, hingga terjadi perkelahian dengan Nurdin, membuat kamarnya berantakan. Sementara Leni bersingut ke sudut kamar, berusaha untuk melarikan diri. Tapi, dua lelaki itu berkelahi di dekat pintu, jadinya tidak ada jalan keluar. Begitu ada sedikit kesempatan, dengan sisa tenaganya, Leni langsung keluar dari kamar sambil mendekap kerudungnya yang lepas.
“Aku bunuh kamu, Din! Aku bunuh!” teriak Babeh setelah berhasil menindih Nurdin dan mencekik lehernya, walau wajahnya bengap-bengap.
“Ayo bunuh! Bunuh!” balas Nurdin, tanpa rasa takut. Wajahnya lebih parah dari Babeh. Babak belur dan cukup berdarah-darah. (NCPAD: 261)
Aku punya hak lebih di galeri ini karena aku sahabat paling dekat Fikri. Jadi kamu minggat sekarang juga! Kecuali, kalau kamu ingin mati di sini! Dengus Babeh tepat di depan wajah Nurdin. Selesai bicara, ia menghentakkannya keras-keras, hingga Nurdin tersungkur ke dekat pintu.(NCPAD: 262)
Mardan dan beberapa temannya terkejut bukan main begitu melihat sosok Ghofar. Nyalinya langsung ciut. Tapi, teman lainnya yang tidak mengenal Ghoffar hinggar terjadi perkelahian satu lawan satu, sementara Dudung masih sibuk menyeret Diana ke tepi jalan sambil terus memaki-maki. Keributan itu mengandung perhatian banyak orang. Para pengunjung dan para pedagang langsung berkumpul di tepi pasir yang dibatasi beton rendah. Mardan yang semula ciut melihat Ghofar jadi nekat. Ia menghadapi Ghofar, siap menyerang, tapi mendadak niatnya tertahan karena pimpinan preman itu mengeluarkan golok kecil dari balik jaket kulitnya. (NCPAD: 297)
Dudung, Ghofar, dan dua konconya mulai resah dan ciut nyalinya. Apalagi ketika ada yang melemparinya, sebagian yang lain ikut melempari hingga kericuhan terjadi lagi. Ghofar merunduk wajahnya terkena lemparan batu sebesar genggaman hingga berdarah. Tapi yang lebih parah adalah Dudung. Ia yang paling dekat dengan orang-orang hingga beberapa batu sebesar genggaman berkali-kali mereka mendera tubuh dan kepalanya hingga membuatnya meringkuk di pasir putih sambil berteriak-teriak minta ampun. (NCPAD: 300)
Uraian-uraian tersebut menggambarkan konflik yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa. Penyelesaian persoalan dengan pemaksaan sepihak oleh pihak yang merasa lebih kuat, digunakan tindakan kekerasan fisik, bukanlah cara yang beradab. Inilah yang dinamakan “Main hakim sendiri”, yang hanya menyebabkan terjadinya bentrokan destruktif. Cara yang lebih beradab demi tercegahnya perpecahan dan penindasan atas yang lemah oleh yang lebih kuat, adalah cara penyelesaian yang berawal dari niat dan didasari itikat baik untuk berkompromi.
c. Bohong
Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Jadi apabila tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu dikatakan orang yang munafik. Contoh bohong dalam keseharian yaitu seperti, menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak kecil itu mengatakan tempat yang tidak habis dikunjunginya.
Tokoh Babeh dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa yang memiliki sifat yang sangat tidak terpuji, karena membohongi Leni kalau Fikri akan segera datang ke galeri untuk menemuinya, padahal kenyataannya Fikri sedang ke Pangadaran untuk menggelar acara pameran. Babeh semakin membohongi Leni kalau keluarga yang sekarang dibina oleh Fikri sudah tidak ada kecocokan lagi dan masih mencintai Leni. Dua rekan Babeh pun ikut bersandiwara kepada Leni agar Leni tetap tinggal karena Babeh sedang memikirkan niat jahat untuk mencelakai Leni. Babeh semakin mencoba menyakinkan Leni dengan mengatakan kepada Leni kalau Fikri akan bercerai dengan istrinya. Uraian berikut menggambarkan sosok tokoh Babeh dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa yang memiliki sifat pembohong.
Sebentar Babeh melongok ke dalam galeri. Entah apa yang ada dalam benaknya ia anggukkan kepala berbohong.
“Ada. Tapi, dia sedang pulang dulu. Baru saja. Nanti setelah Isya pasti ke sini lagi. Itu sudah biasa karena karena dia suka mengerjakan lukisan pasir. Jam dua belas nanti baru pulang ke rumahnya. Mau nunggu? Yuk, masuk dulu”.
Agak ragu, Leni masuk. Begitu di dalam, ia dibuat takjub dengan nuansa yang ada dalam galeri bekas kekasihnya itu. Banyak sekali aneka motif lukisan indah dari pasir putih yang sudah diberi warna. (NCPAD: 235)
“Beh, lain kali saja aku ke sini lagi. Sampaikan salamku…”
“Jangan-jangan. Aku hubungi Fikri sekarang juga…,”
Babeh merogoh HP-nya, lalu menjauh dari Leni. Ia pura-pura serius menghubungi Fikri. “Serius. Dia ada di galeri. Kalau bisa kamu cepat datang. Apa mau bicara dulu dengannya? Ya, sudah. Cepat datang. Aku tunggu”. Babeh menutup HP-nya, lalu melempar senyum kepada Leni. “Dia akan segera datang. Sebentar lagi”. (NCPAD: 256)
“Iya. Namanya Shira. Blasteran Perancis-Mesir. Shira itu guru di tempat bimbel. Tapi sayang, Len. Rumah tangga mereka sering cekcok. Ya, gara-gara istrinya itu selalu sibuk sama pekerjaannya dan si Fikri sendiri sering ke luar kota”. Babeh mulai mengajak bicara.
“Oh, ya? Kok bisa begitu? Bukannya Fikri sangat mencintai istrinya, begitu juga sebaliknya, istrinya sangat mencintai Fikri?”
“Aku tidak tahu kalau hal itu. Tapi, yang aku tahu, kadang-kadang Fikri suka ngomongin kamu. Katanya, sejak kalian berpisah, Fikri kehilangan nomor kamu padahal ingin silaturrahmi sama kamu. Benar kan, Sen, Den”?
“I-iya. Benar. Fikri kadang suka ngomongin Teh Leni. Mungkin… mungkin masih suka sama Teh Leni”. Deni bersandiwara seakan kenal dengan Fikri, padahal bertemu pun belum pernah. (NCPAD: 257)
Leni langsung diam. Minumannya dicicipi sedikit. Tapi, karena enak semakin dirasakannya hingga agak banyak ditelannya. Tanpa ia ketahui, Babeh mulai main mata dengan temannya itu. Kembali, Babeh berkata bohong menceritakan perasaan Fikri kepadanya. Cukup menyakinkan ceritanya itu karena ia tahu banyak bagaimana kisah masa lalu mereka, apalagi didukung sandiwara Seni dan Deni, hingga Leni semakin diam bahkan mulai terpengaruh. Ia jadi banyak Tanya soal kehidupan Fikri setelah membina rumah tangga dengan Shira, membuat Leni sedikit kaget, tapi juga terbersit sekelumit perasaan senang. (NCPAD: 258)
Uraian-uraian di atas merupakan sifat pembohong yang dilakukan oleh Babeh kepada Leni. Sifat pembohong yang dimiliki oleh Babeh merupakan sifat yang sangat tidak terpuji dan merupakan ciri-ciri dari orang munafik.
Berdasarkan hasil analisis yang terdapat dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa, maka dapat disimpulkan bahwa moral baik yang terdapat dalam novel terdiri dari kesabaran, tawakkal, taat beribadah, penolong, rajin bekerja dan belajar, mampu mengendalikan diri, dan penyesalan. Sedangkan moral buruk yang terdapat dalam novel terdiri dari intrik, konflik, dan bohong.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dari novel Napas Cinta Para Ahli Doa mengandung nilai-nilai moral sebagai sebuah novel yang memuat gambaran pandangan yang tersaji dalam akurasi data, dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa. Pandangan moral yang dimaksud dirinci dalam nilai-nilai moral.
Nilai moral dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa menjadi diskursus wacana dan arti mengenai kehidupan yang disinyalir oleh pengarang lewat karyanya.
Sebagai karya sastra, novel memiliki keterkaitan erat terhadap reaksi kehidupan masyarakat sehingga slogan yang mengatakan sastra adalah cerminan masyarakat dipandang merupakan keniscayaan untuk mengungkap nilai-nilai moral yang diteliti dalam skripsi ini mengandung aspek ajaran yang dimaksud.
1. Kesabaran merupakan sebuah keutamaan yang dapat menghiasi diri seorang mukmin, di mana seseorang mampu mengatasi berbagai kesusahan dan tetap berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan cobaan itu begitu dahsyat.
2. Seseorang yang memiliki sifat tawakkal akan merasakan ketenangan, ketentraman, dan senantiasa merasa mantap dan optimis dalam bertindak. Di samping itu juga, akan mendapatkan kekuatan spiritual, serta keperkasaan luar biasa yang dapat mengalahkan kekuatan yang bersifat material.
3. Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya. Karena Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya.
4. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendirian. Meski segalanya telah dimiliki, harta benda yang berlimpah sehingga setiap yang diinginkan, maka dengan mudah dapat terpenuhi. Tetapi jika hidup sendirian tanpa orang lain yang menemani tentu akan kesepian pula. Kebahagiaan pun tak pernah dirasakan.
5. Dengan bekerja keras seseorang atau setiap manusia akan mendapatkan sesuatu yang diinginkan meski dalam melakukannya akan bersusah payah. Tidak hanya bekerja keras yang diutamakan, tetapi juga harus diimbangi dengan rasa ikhlas. Karena dengan rajin bekerja keras dan belajar yang diimbangi dengan rasa ikhlas maka akan terlihat mudah.
6. Di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari terdapat nilai dan norma yang berlaku secara umum serta harus dihormati dan dijalankan sebagai warga masyarakat yang baik. Hukum pun ada untuk mengatur warga masyarakatnya secara paksa untuk mengendalikan setiap manusia yang ada di masyarakat tersebut.
7. Intrik merupakan penyebar kabar bohong yang sengaja dilakukan untuk menjatuhkan pihak lawan. Perbuatan intrik atau mengadu domba seseorang sangat dibenci oleh Allah swt.
8. Konflik merupakan sesuatu yang buruk dan sangat merugikan bagi seseorang apabila terus terjadi, dan merupakan sesuatu yang terjadi akibat kurangnya kepercayaan seseorang kepada orang lain.
9. Bohong yaitu mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Jadi apabila tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu dikatakan orang yang munafik. Contoh bohong dalam keseharian yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak kecil itu mengatakan tempat yang tidak habis dikunjunginya.
10. Penyesalan adalah perasaan yang harus dirasakan dalam hidup. Karena dengan menyesal (bagi yang berfikir), seseorang akan berusaha menjadi lebih baik lagi, dan meminimalisasi kesalahan dalam hidupnya. Belajar dari kesalahan, itulah yang akan seseorang perbuat setelah ia menyesal. Rasa menyesal adalah rasa yang wajib dirasakan.
11. Adapun pesan moral yang dapat dipetik dalam novel Napas Cinta Para Ahli Doa adalah kemanapun, di manapun, apapun, dan dengan siapa pun, tetaplah berusaha untuk selalu menjadi diri sendiri. Jangan pernah berusaha untuk menjadi orang lain sebab semua manusia memiliki keunikan tersendiri dalam dirinya masing-masing. Meskipun kadangkala hidup dan nasib bisa tampak berantakan, namun percayalah saat seseorang mau menerima kehidupan. Tidak ada sesuatu yang terjadi karena kebetulan, semua itu telah diatur oleh Sang Pencipta dan itulah yang terbaik bagi kehidupan.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, penulis dapat menyarankan.
1. Bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya melestarikan sastra dan mengembangkannya dengan melalui pendekatan moral maupun pendekatan lainnya.
2. Bagi penikmat sastra, bacalah sastra dengan menghayati dan memahami apa yang ingin disampaikan pengarang dalam karyanya.



Penelitian ini dipetik dari skripsi Hakim Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2008.